Thursday, June 24, 2010

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

1.1. Pengertian Ilmu Ekonomi

- Ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya
- Analisis ilmu ekonomi dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :

a. Descriptive Economics : mengumpulkan keterangan-keterangan faktual yang relevan mengenai suatu masalah/topik tertentu di tempat tertentu dan apa periode tertentu.
b. Economic Theory (Economic Analysis) : menerangkan bekerjanya sistem-sistem perekonomian. Economic Theory dibagi 2 yaitu :
1. Micro Economic Theory
2. Macro Economic Theory
c. Applied Economics : menggunakan hasil-hasil pemikiran yang terkumpul dalam teori ekonomi untuk menerangkan deskripsi fakta-fakta yang dikumpulkan oleh ekonomi deskriptif.


1.2. Ekonomi Makro : Tinjauan Ringkas

Ekonomi Makro : merupakan bagian / cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari aspek-aspek ekonomi dalam scope yang menyeluruh/luas, seperti: tingkat pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, konsumsi masyarakat, tabungan masyarakat, investasi nasional, jumlah uang beredar, tingkat harga umum, tingkat bunga, necara pembayaran internasional, utang pemerintah dan lain-lain.


1.3. Tujuan Kebijakan Ekonomi Makro

(a) Full employment, kesempatan kerja yang luas
(b) Peningkatan kapasitas produksi nasional yang tinggi
(c) Tingkat pendapatan nasional yang tinggi, economic growth/pert ek
(d) Stabiliti ekonomi : inflasi terkendali, economic stability
(e) Neraca pembayaran yang seimbang
(f) Distribusi pendapatan yang lebih merata, equity

Secara garis besar tujuan kebijakan ekonomi makro ada dua macam yaitu :
1. Untuk mengatasi masalah jangka pendek atau masalah stabilitas. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana “mengobati penyakit ekonomi makro” yang biasa dialami oleh suatu negara atau bangsa, yaitu :
• Inflasi
• Pengangguran (unemployment)
• Ketimpangan dalam neraca pembayaran (balance of payment imbalance)

2. Untuk mengatasi masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan (growth). Masalah ini berkaitan dengan bagaimana agar ada keserasian antara pertumbuhan penduduk, kenaikan kapasitas produksi dan tersedianya dana untuk investasi. Pada dasarnya masalahnya juga mencakup ketiga penyakit ekonomi makro di atas, hanya perspektif waktunya adalah lebih panjang (lima tahun, sepuluh tahun, lima belas tahun atau lebih)

Dalam analisis jangka pendek ada beberapa faktor yang dianggap tidak berubah, misalnya : Jumlah penduduk dan angkatan kerja, lembaga-lembaga sosial, politik dan ekonomi yang ada dan sebaginya.


1.4. Pelaku Ekonomi Makro

Dalam teori ekonomi makro kita menggolongkan orang-orang atau lembaga yang melakukan kegiatan ekonomi menjadi lima kelompok besar, yaitu :
(a) Rumah Tangga (households)
(b) Produsen (Producers) contoh : menerima bunga, gaji, upah
(c) Pemerintah (government); Regulator atau pembuat aturan untuk konsumen/produsen
(d) Lembaga-lembaga Keuangan (Financial Institutions); menyediakan kredit dana bagi yang membutuhkannya
(e) Negara-negara lain (Other Countries); menyediakan devisa

Kelompok rumah tangga (konsumen) melakukan kegiatan-kegiatan berupa :
(a) Menerima penghasilan dari produsen dari “penjual” tenaga kerja mereka (upah), dari pemilikan saham (dividen) di perusahaan, dari menyewakan tanah (rent) dan dari keahlian “me-manage” di perusahaan (gaji).
(b) Menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa bunga (interest) atas simpanan-simpanan mereka.
(c) Membelanjakan penghasilan tersebut di pasar barang.
(d) Menyisihkan sisa dari penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga-lembaga keuangan.
(e) Membayar pajak kepada pemerintah.
(f) Masuk dalam pasar uang sebagai demanders of money karena kebutuhan mereka akan uang tunai untuk misalnya transaksi sehari-hari.

Kelompok produsen melakukan kegiatan-kegiatan berupa :
(a) Memproduksikan dan menjual batang-barang/jasa-jasa.
(b) Meyewa/menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh kelompok rumah tangga untuk proses produksi.
(c) Menentukan pembelian barang-barang modal dan stok barang-barang lain (selaku investor masuk dalam pasar barang sebagai demanders).
(d) Meminta kredit dari lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka (sebagai demanders di pasar uang)
(e) Membayar pajak.

Kelompok lembaga keuangan (mencakup semua bank kecuali bank sentral/Bank Indonesia) melakukan kegiatan-kegiatan berupa :
(a) Menerima simpanan/deposito dari rumah tangga.
(b) Menyediakan kredit dan uang giral (sebagai supplier dalam pasar uang)

Pemerintah (termasuk di dalamnya bank sentral) melakukan kegiatan-kegiatan berupa :
(a) Menarik pajak
(b) Membelanjakan penerimaan negara untuk membeli barang-barang kebutuhan pemerintah (sebagai demander di pasar barang)
(c) Meminjamkan uang dari luar negeri
(d) Menyewa tenaga kerja (sebagai demander di pasar tenaga kerja)
(e) Menyediakan uang (kartal) bagi masyarakat (sebagai supplier di pasar uang).

Negara-negara lain :
(a) Menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai demander di pasar tenaga kerja)
(b) Membeli hasil-hasil ekspor kita (sebagai demander di pasar barang)
(c) Menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri
(d) Membeli barang dari pasar barang untuk kebutuhan cabang perusahaannya di Indonesia (sebagai investor).
(e) Masuk ke dalam pasar uang dalam negeri sebagai penyalur uang (devisa) dari luar negeri (sebagai supplier dana) dan sebagai demanders of loans and rupiah currency untuk kebutuhan cabang-cabang perusahaan mereka di Indonesia (sebagai demander dana). Singkatnya sebagai penghubung pasar uang dalam negeri dengan pasar uang luar negeri.


1.5. Pasar Makro Ekonomi

Dalam teori ekonomi makro dikenal empat macam pasar, yaitu :
(a) Pasar barang
(b) Pasar uang
(c) Paar tenaga kerja
(d) Pasar luar negeri
Secara ringkas hal-hal yang perlu kita ketahui dari empat macam pasar tersebut adalah :



Tabel 1.1
Empat macam pasar di dalam teori ekonomi makro

Empat macam
Pasar Hal-hal yang kita pelajari perilakunya Angka-angka statistik yang kita amati dalam praktek
Pasar Barang • Tingkat harga umum GDP
• Indeks biaya hidup GDP Implisit Defalator-Defalator Statistik GDP dengan harga konstan
Pasar Uang • Tingkat Bunga


• Volumen Uang • Bunga atas deposito
• Bunga atas pinjaman
• Jumlah uang beredar (uang kartal dan giral)
• Kredit yang diberikan oleh bank
Pasar Tenaga Kerja • Tingkat upah rata-rata
• Employment
• Unemployment • Indeks upah di berbagai sektor ekonomi
• Jumlah orang yang bekerja di berbagai sektor jumlah angkatan kerja
• Angkatan kerja minus jumlah orang yang bekerja.
Pasar Luar Negeri • Neraca Perdagangan


• Nilai Tukar (TOT)
• Cadangan Devisa • Statistik neraca perdagangan
• Angka-angka ekspor dan impor
• Statistik dasar tukar
• Statistik cadangan devisa





















II.1. Indikator keberhasilan suatu perekonomian ?

- Diukur dari : meningkatnya pendapatan nasional, produksi nasional, kesempatan kerja, harga-harga terkendali, neraca pembayaran internasional bagus dan lain-lain.
- Tetapi pusat perhatian ekonomi makro adalah : pendapatan nasional (national income).


II.2. Beberapa istilah pendapatan nasional yang perlu kita pelajari dan pahami agar tidak terjadi salah tafsir, yaitu :

a. National Income (NI)
b. Gross Domestic Product (GDP)
c. Gross National Product (GNP)

Penjelasan :
a) NI/National Income : jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa dalam suatu kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Dalam sistem penghitungan NI, jumlah pendapatan itu di namakan Net National Production/NNP at factor price atau di singkat National Income/NI.
b) GDP : Nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam suatu kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Dalam GDP, yang di hitung adalah : seluruh pendapatan penduduk yang tinggal di suatu wilayah negara tertentu, termasuk pendapatan orang-orang/warga asing di wilayah negara tersebut tetapi tidak termasuk pendapatan warga negara yang bersangkutan di luar negeri.
c) GNP : suatu konsep yang mempunyai arti yang bersamaan dengan GDP, tetapi memperhitungkan jenis-jenis pendapatan yang sedikit berbeda. Dalam GNP; yang dihitung adalah : hanya pendapatan warga negara itu sendiri tidak termasuk pendapatan warga negara asing (WNA) di negara tersebut, tetapi termasuk pendapatan warga negara tersebut di luar negeri.

GNP = Angka nominal GDP lebih besar di banding GNP
GDP = GNP – Net Production Factor From Abroad

Dimana :
• NPFA : Pendapatan faktor produksi neto dari luar negeri, yaitu pendapatan faktor-faktor produksi yang di terima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang harus dibayarkan ke luar negeri.


II.3. Metode Penghitungan Pendapatan Nasional

a) Expenditure Method
Menghitung/menjumlahkan nilai barang-barang jadi/barang-barang akhir/ final goods yang dihasilkan dalam suatu perekonomian selama periode tertentu.
 Barang-barang setengah jadi/barang-barang antara/”intermediary goods” yaitu barang-barang yang masih akan di proses lebih lanjut, tidak ikut dihitung agar tidak terjadi “double counting”/penghitungan ganda. Contoh barang-barang ini misalnya : tepung, karet, minyak sawit, barang-barang tenun dan sebagainya.

 Jadi Double Counting dapat dihindari dengan :
• Menghitung final goods saja
• Menghitung value added saja
(VA = output – input)

 Komponen-komponen Expenditure

(i) Pengeluranan konsumsi rumah tangga (c), yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari dalam suatu periode tertentu (biasanya dalam satu tahun).
• Ada jenis-jenis pengeluaran yang tidak dimasukan kedalam komponen C ini karena mereka bukan merupakan pengeluaran terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian, misalnya : pengeluaran-pengeluaran untuk beli rumah, asuransi, biaya anak yang bersekolah dari orang tua mereka dan sebagainya.

(ii) Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure, G), yaitu pengeluaran yang dilaklukan oleh pemerintah untuk membeli barang-barang kebutuhan pemerintah demi melayani kepentingan masyarakat. Misalnya, pengeluaran-pengeluaran untuk pengadaan fasilitas pendidikan/kesehatan, pengadaan TNI/Polri plus gaji mereka, gaji PNS, pengadaan infra struktur (jalan raya, jembatan, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
• Di sini ada dua jenis pengeluaran pemerintah yaitu :
1. Pengeluaran konsumsi pemerintahan seperti : gaji PNS/TNI/ Polri, pembelian alat-alat kantor, bensin untuk kendaran dinas dsb.
2. Pengeluaran investasi pemerintahan seperti : sekolah/ universitas, rumah sakit, irigasi, jalan raya dan sebagainya.
• Di samping itu juga ada jenis-jenis pengeluaran yang tidak dimasukan ke dalam komponen G ini karena mereka bukan merupakan pengeluaran untuk membeli barang dan jasa seperti pengeluaran-pengeluaran untuk : bea siswa, bantuan korban bencana alam, subsidi perusahaan dan sebagainya.


(iii) Pengeluaran yang dilakukan oleh sektor swasta/perusahaan (investment, I) misalnya pengeluaran untuk membangun gedung/pabrik/ industri, pengeluaran untuk membeli alat-alat produksi dan sebaginya.
(iv) Ekspor Neto (nilai ekspor (X) – nilai impor (M) suatu negara dalam periode tertentu.

Catatan :
 Barang-barang impor merupakan produksi dari negara lain, oleh karena ekspor neto saja yaitu (X – M).
 Dalam penghitungan NI menurut metode “Expenditure” terdapat beberapa sifat hubungan sebagai berikut :

• NDP = GDP – DEPRESIASI
• GNP = NNP + DEPRESIASI atau NNP = GNP – DEPRESIASI
• INVESTASI NETO = INVESTASI BRUTO – DEPRESIASI
• NATIONAL INCOME = NNP – Pajak Tak Langsung
• GDP = GNP – NPFA


b) (Net) Production atau (Net) Output Method : menghitung valueadded yang dihasilkan oleh masing-masing sektor perekonomian. Jadi, menurut metode ini, yang dihitung adalah nilai akhir dari barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh masing-masing sektor ekonomi selama periode tertentu. (persis sama dengan metode expenditure). Secara sistematis, menghitung pendapatan nasional dengan metode production dapat dinyatakan sebagai berikut :

NI = P1Q1 + P2Q2 + ……………… + PnQn …………….. (1.1)

Atau
NI = Pi Qi ………………………………………………… (1.2)

Dimana :
• NI : Pendapatan Nasional (National Income)
• Pi : Harga Satuan Produk ke 1
• Qi : Produk ke 1

Ini mengandung arti bahwa pendapatan nasional besarnya sama dengan produk nasional atas dasar harga pasar.

c) Income Method : menghitung/menjumlahkan semua pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ada dalam suatu perekonomian dalam kurun waktu tertentu, yang mencakup :

1. Pendapatan para pekerja (upah/gaji)
2. Pendapatan dari perusahaan perorangan (gaji, sewa, upah, bunga, laba)
3. Pendapatan dari sewa
4. Bunga neto (seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi dengan bunga atas pinjaman konsumsi dan bunga atas pinjaman pemerintah.
5. Laba perusahaan

Secara sistematis hal tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

Yat factor = Yw + Yr + Yi + Yp ……………………………………(1.3)

Dimana :
• Yw = upah dan gaji
• Yr = sewa
• Yi = bunga neto
• Yp = laba

Catatan :
• Bunga atas pinjaman konsumsi (misalnya pinjaman uang membeli mobil) dan bunga atas pinjaman pemerintah (misalnya bunga yang dibayar oleh pemerintah atas hutang pemerintah kepada masyarakat). Ini kita kategorikan sebagai transfer pemerintah adalah jenis bunga yang digunakan bukan untuk kegiatan produktif. Oleh sebab itu mereka tidak dimasukan ke dalam penghitung pendapatan nasional.


II.4. Perkiraan Pendapatan dan Produk Nasional

Perkiraan pendapatan dan produk nasional merupakan rekening atau account yang memuat di satu sisi komponen-komponen pendapatan nasional dan di sisi lain komponen-komponen produk nasional. Lihat Tabel 2.1 di bawah ini :

Tabel 2.1
Perkiraan pendapatan dan produk nasional

Wages and salaries Rp. ……..
Rent Rp. ……..
Interest Rp. ……..
Profit Rp. ……..
National Income at Rp. ……..
Factor

+ Companies Transfer Rp. ……..
+ Indirect tax Rp. ……..
- Subsidy Rp. ……..
+ Depreciation Rp. ……..
national income at market
price Rp. ……..
Consumption Expenditure Rp. ……..
Investment Expenditure Rp. ……..
Government Expenditure Rp. ……..
Net Export Rp. ……..








National product at market Rp. ……..
Price


II.5. Transaksi yang dihitung dan yang tidak dihitung

Sering kali keputusan mengenai apa yang dihitung dan apa yang tidak ke dalam pendapatan nasional, dibuat secara arbitrary, sehingga lain negara lain pula keputusannya. Untuk inilah perlunya sebuah badan internasional yang akan menyeragamkan perhitungan-perhitungan seluruh dunia. Kita perlu mempunyai hasil perhitungan yang dapat diperbandingkan satu sama lain. Namun demikian masih juga ada persolan apakah masing-masing negara tunduk pada ketentuan-ketentuan badan internasional ini. Nyatanya banyak yang tidak.

(a) Transaksi-transaksi yang dihitung mencakup :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (konsumsi, C)
2. Pengeluaran oleh perusahaan/sektor swasta untuk mendirikan dan mengembangkan usahanya (investasi, I), yang terdiri dari : pengadaan barang-barang modal (seperti mesin-mesin produksi, bangunan pabrik, bangunan kantor, alat-alat investaris kantor, kendaraan dan lain-lain), persediaan bahan-bahan mentah dan persediaan barang-barang jadi dan setengah jadi.
3. Pengeluaran pemerintah (government, G) yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintahan untuk membeli/mengadakan barang-barang keperluan pemerintah. Pengeluaran ini terdiri dari dua macam yaitu pengeluaran konsumsi pemerintahan seperti gaji PNS/TNI/Polri, pengadaan gedung-gedung/kantor pemerintahan, pengadaan alat-alat transportasi/kendaraan bagi pejabat dan lain-lain. Dan pengeluaran investasi pemerintah seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan, irigasi, rumah sakit, sekolah-sekolah atau investaris dan lain-lain.
4. Perdagangan luar negeri yaitu ekspor dan impor (X – M) barang-barang dan jasa-jasa yang dihitung adalah ekspor neto (nilai ekspor-nilai impor ) saja.

Secara sederhana : Y = C + I + G + ( X – M )
Dimana

• Y = National Income atau Pendapatan Nasional

(b) Transaksi-transaksi yang tidak dihitung mencakup :

1. Transfer Payment (pembayaran pindahan, Tr) yaitu sejumlah uang yang diberikan/dipindahkan dari kantong yang satu misalnya dari pemerintah atau perusahaan ke kantong yang lain misalnya penduduk tanpa berproduksi dan atau tanpa balas jasa. Misalnya pensiun, subsidi, lotere, bunga atas hutang pemerintah, hadiah, warisan, sumbangan bencana alam, sumbangan untuk orang-orang cacat/jompo, beasiswa dan pembayaran untuk barang-barang yang dibuat pada tahun-tahun sebelumnya.
2. Kenaikan dan penurunan nilai barang-barang modal karena inflasi dan depresi. Ini disebut Capital gains and losses.
3. Kegiatan-kegiatan ilegal seperti penyeludupan barang-barang dagangan, produksi narkoba danperbuatan-perbuatan lain yang terlarang meskipun secara teknis mungkin dapat digolongkan ke dalam perbuatan berproduksi.
4. Kegiatan-kegiatan yang karena alasan praktis tidak dihitung seperti jasa nyonya rumah mencuci pakaian, memasak dan memberihkan rumah. Kalau nyonya rumah itu mencucikan pakaiannya ke tukang cuci komersil, maka perbuatannya itu dihitung dalam perhitungan sektor jasa-jasa.


II.6. Menghitung Pendapatan Nasional (contoh kasus di Indonesia)

(a) Expenditure Method


No
Jenis Pengeluaran Harga Berlaku Tahun 1991 Harga Konstan Tahun 1983
1 Pengeluaran Konsumsi RT 125.142,9 66.707,2
2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 20.135,4 12.135,8
3 Pembentukan Modal Swasta Bruto 61.059,5 33.537,2
4 Perubahan Stok (persediaan) 18.595,5 641,4
5 Ekspor barang dan jasa 62.322,2 35.537,2
6 Dikurangi : impor barang dan jasa 60.818,8 122.705,0
7 Produk Domestik Bruto (GDP) 227.162,8 122.705,0
8 Pendapatan faktor dari LN (10.760,3) (4.473,1)
9 Produk Nasional Bruto (GNP) 216.402,5 118.231,9
10 Dikurangi : Pajak Tak Langsung 16.152,1 9.182,6
11 Dikurangi : Depresiasi 11.227,9 6.043,7
PENDAPATAN NASIONAL 189.022,5 103.005


(b) Production Method

Seperti telah diterangkan di muka, pendapatan nasional yang dihitung menurut metode produksi, dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai tambah atau value added yang dihasilkan oleh masing-masing sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian di Indonesia. Penghitungan seperti ini dilakukan dengan membagi kegiatan-kegiatan dalam perekonomian menjadi 11 lapangan usaha yang utama, yaitu seperti yang ditujukan dalam Tabel 2.2 dibawah ini :

Tabel 2.2
Produk Domestik Bruto menurut Lapangan Usaha tahun 1991 (dalam milyar rupiah)


No
Lapangan Usaha Harga berlaku Tahun 1991 Harga tetap Tahun 1983
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 44.214,4 22.657,2
2 Pertambangan dan Penggalian 30.901,4 19.108,2
3 Industri Pengolahan 48.335,9 24.461,2
4 Listrik, Gas dan Air Minum 1.575,0 842,8
5 Bangunan 12.855,8 7.403,3
6 Perdagangan, hotel dan Restauran 37.726,2 19.557,3
7 Pengangkutan dan Komunikasi 13.467,3 6.816,2
8 Bank dan lembaga keuangan lainnya 10.083,9 5.517,2
9 Sewa rumah 5.924,7 3.119,7
10 Pemerintah dan pertahanan 14.621,6 9.030,1
11 Jasa-jasa lain 7.452,6 4.191,8
PRODUK DOMESTIK BRUTO 227.162,8 122.702,0

(c) Income Method
Dilakukan dengan menghitung jenis-jenis pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ada di dalam suatu perekonomian. Seperti upah, gaji, sewa, bunga neto dan laba. Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi tersebut. Oleh karena itu contoh perhitungannya tidak ada


II.7. Menghitung Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi menggambarkan perubahan harga-harga dalam suatu tahun tertentu. Untuk menentukan tingkat inflasi, perlu diperhatikan data indeks harga konsumsn dari suatu tahun dan seterusnya dibandingkan dengan indeks harga pada tahun lainnya. Secara matematis, formula untuk menghitung tingkat inflasi pada suatu tahun tertentu adalah :

ROI = x 100 %

Dimana :
• ROI = Tingkat inflasi pada tahun tertentu
• CPIO = Indeks harga konsumen pada tahun 0
• CPI1 = Indeks harga konsumen pada tahun 1

Contoh :
Diketahui CPI tahun 1993 – 240 dan CPI tahun 1994 = 251, maka ROI tahun 1994 adalah …

Penyelesaian :
Menggunakan rumus tingkat inflasi (II.7)
ROI = x 100 % = 4,6 %


II.8. Menghitung Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

(a) Tingkat pertumbuhan ekonomi menurut harga konstan yaitu harga-harga barang/jasa yang berlaku pada tahun dasar yang dipilih. Secara matematis, formulasi adalah :
ROG = x 100 %

Dimana :
• ROG = Rate of growth (tingkat pertumbuhan ekonomi)
• Nir0 = Pendapatan nasional riil pada tahun dasar
• Nir1 = Pendapatan nasioanl riil pada tahun dimana ROG dihitung

Contoh :
Diketahui : - Pendapatan nasional pada tahun 1992 = 120,2 (trilyun rupiah)
- Pendapatan nasional pada tahun 1993 = 128,8 (trilyun rupiah)

Penjelasan :
Menggunakan rumus tingkat pertumbuhan (II.8)

Maka ROG tahun 1993 = x 100 % = 7%

(b) Tingkat pertumbuhan ekonomi menurut harga-harga yang berlaku. Ini harus dilakukan dengan dua tahap yaitu : menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa kini dan menghitung ROG.

Secara matematis, hal tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

Nir1= x NI masa kini


Dimana :
• Niri = Pendapatan nasional riil pada tahun I
• CPIi = Indeks harga konsumen pada tahun I
• CPI0 = Indeks harga konsumen pada tahun 0
• NI masa kini = Pendapatan nasional pada harga masa kini

Contoh :
Pada tahun 1992 GDP menurut harga yang berlaku bernilai Rp. 198,5 trilyun pada tahun 1993 nilainya telah menjadi Rp. 225,7 trilyun. Indeks harga konsumen tahun 1992 adalah 152 dan dalam tahuh 1993 indeks harga konsumennya adalah 16. Hitunglah ROG tahun 1993!

Penyelesaian :

• Tahap I

Nir 1993 = x NI 1993

= x Rp. 225,7 trilyun = Rp. 214,4 trilyun


• Tahap II

ROG1993 = x 100%

= x 100%

= 8 %



A. ESSEI

1. Berikan definisi istilah ekonomi berikut :
a. Pendapatan nasional
b. Pengeluaran konsumsi
c. Pengeluaran investasi
d. Subsidi perusahaan

2. Sebutkan ketiga macam pendekatan perhitungan pendapatan nasional dan uraikan ketiga pendekatan tersebut!

3. Jelaskan perbedaan antara :
a. GDP dan CNP
b. Investasi bruto dan investasi neto
c. Pendapatan nasional atas biaya dan pendapatan nasional atas harga pasar
d. Produk nasional pada harga berlaku dan produk nasional pada harga konstan

B. KUANTITATIF

1. Susunlah perkiraan pendapatan dan produk nasional dengan data berikut ini (dalam satuan trilyun rupiah)

• Ekspor = 2,9
• Upah dan gaji = 7,9
• Pajak tidak langsung = 1,0
• Impor = 1,7
• Sewa = 0,5
• Subsidi = 1,8
• Pengeluaran konsumsi = 8,3
• Bunga = 0,4
• Penyusutan = 0,6
• Investasi = 2,9
• Laba = nilai residu (angkanya masih
harus dihitung)
• Pengeluaran konsumsi pemerintah = 1,7
• Transfer pemerintah = 0,4


2. Pendapatan nasional menurut harga yang berlaku diantara tahun 1990 – 1993 dan indeks harga pada tahun yang sama adalah sebagai berikut :

Tahun Pendapatan nasional menurut harga yang berlaku (trilyun rupiah) Indeks harga konsumen
1990 150,457 148,1
1991 170,794 160,2
1992 185,471 170,4
1993 200,343 180,9

Hitunglah :
a. Tingkat inflasi dalam tahun 1991, 1992 dan 1993
b. Pendapatan nasional riil pada tahun 1991, 1992 dan 1993. Apabila tahun 1990 digunakan sebagai tahun dasar
c. Hitunglah tingkat pertumbuhan dalam tahun 1991, 1992 dan 1993







III.1. Variabel-variabel Ekonomi Agregratif Dalam Perekonomian Tertutup Sederhana

Seperti telah diterangkan dalam sub bab I.4. bahwa pelaku-pelaku dalam suatu perekonomian terdiri dari empat kelompok : rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan luar negeri. Sedangkan dalam perekonomian tertutup sederhana, diasumsikan hanya ada dua pelaku ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah seperti pemungutan pajak, pembayaran transfer pemerintah, ataupun yang berbentuk pengeluaran pemerintah, maupun hubungan ekonomi luar negeri khususnya ekspor dan impor. Dalam perekonomian tertutup sederhana ini, pengeluaran seluruh masyarakat pada tiap tahunnya terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi. Pengeluaran total masyarakat sekaligus juga merupakan pendapatan masyarakat itu juga. Secara matematis hal ini dapat diformulasikan sebagai berikut :

C = Co + bY ……………………………………………………. (3.1)

Dimana :
• C = besarnya pengeluaran konsumsi masyarakat pada periode tertentu
• C = besarnya pengeluaran pada pendapatan nasional (Y) sebesar nol
• B = marginal propensity to consume / MPC

MPC disini merupakan angka perbandingan antara besarnya perubahan konsumsi dengan besarnya perubahan nasional yang menyebabkan adanya perubahan konsumsi tersebut. Secara sistematis, hal ini dapat diformulasikan sebagai berikut :

MPC = b =  C/ Y …………………………………………… (3.2)


III.2. Hubungan antara Fungsi Konsumsi, MPC dan APC

C = (APCn – PMC) Yn + MPC Y ………………………………. (3.3)
APCn = Cn / Yn ………………………………………………….. (3.4)

(APCn = average propensity to consume pada tingkat pendapatan nasional sebesar “n”)

Contoh :
Pada tingkat pendapatan nasional per tahunnya sebesar Rp. 100 milyar, besarnya konsumsi sebesar Rp. 95 milyar per tahun. Dan pada tingkat pendapatan nasional sebesar Rp. 120 milyar per tahun, besarnya konsumsi per tahunnya sebesar Rp. 110 milyar.


Diminta :
a. Diketahui : - APC 100 = C100 / Y 100 = 95/100 = 0,95
- APC 120 = C120 / Y 120 = 110/120 = 0,92
C = (APCn – MPC) Yn + MPC . Y
= (0,95 – 0,75) 100 + 0,75 Y
= 0,20 x 100 + 0,75 Y
= 20 + 0,75 Y

b. BEP .. ? Y = C atau Y – C =0
Y = (20 + 0,75Y) = 0
Y = (20 – 0,75 Y) = 0
0,25Y = 20
= 80


III.3. Fungsi Saving

S = Y – C …………………………………………………… (3.5)
S = - Co + (1 – b) Y………………………………………… (3.6)

Contoh :
Diketahui fungsi konsumsi : C = 20 + 0,75 Y. Carilah fungsi savingnya !

Penyelesaian :
S = - Co + (1 – b) Y
= -20 + (1 – 0,75) Y
= -20 + 0,25 Y


III.4. Hubungan antara MPC, APC, MPS dan APS

MPS =  S / Y …………………………………………….. (3.5)
APS = S/Y ……………………………………………………(3.6)
(MPS = marginal propensity to save, APS = average propensity to save)
MPC + MPS = 1 ……………………………………………. (3.7)
APC + APS = 1 …………………………………………….. (3.8)

Contoh :
Fungsi konsumsi suatu masyarakat mempunyai persamaan sebagai berikut :
C = 0,75 + 20 milyar rupiah

Hitunglah besarnya konsumen, tabungan, APC, APS, MPC dan MPS untuk beberapa tingkat pendapatan nasional!


Penyelesaian :

Tingkat Pendapatan Nasional
Yn* Konsumsi Cn* Saving Sn* APCn= Sn/Yn APSn= Sn/Yn MPCn =
Cn¬+1-Cn
Yn+1-Yn MPSn =
Sn¬+1-Sn
Yn+1-Yn

0
20
40
60
80
10
12
140
16
18
200

20
35
50
65
80
95
110
125
140
155
170
-20
-15
-10
-5
-0
+5
+10
+15
+20
+25
+30
-
1,75
1,25
11/12
0
0,95
11/12
25/28
0,875
31/36
17/20
-
-0,75
-0,25
-11/12
0
+0,5
+1/12
+3/28
+0,125
+5/36
+3/20
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75

0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
* dalam milyar rupiah

Dari tabel di atas kita dapat menyaksikan bahwa :
(a) APCn + APSn = 1
(b) MPCn + MPSn = 1
(c) Oleh karena fungsi konsumsinya berbentuk garis lurus, maka fungsi savingnya juga berbentuk garis lurus. Hal ini menyebabkan tingginya MPC serta MPS pada setiap tingkat pendapatan nasional adalah sama, yaitu 0,75 untuk MPC dan 0,25 untuk MPS.
(d) Dikarenakan nilai intersep fungsi konsumsi adalah a adalah positif (yang berarti bahwa pada tingkat pendapatan nasional sebesar nol nilai pengeluaran konsumsi sebesar a dan besar saving sebesar minus a) dan baik MPC maupun karenanya juga MPS masing-masing mempunyai nilai yang positif dan tidak berubah-ubah, maka nilai APC nya masing-masing mempunyai nilai yang positif dan tidak berubah-ubah, maka nilai APCnya terus bertambah kecil dengan meningkatnya pendapatan nasional. Sebaliknya nilai APS terus meningkat dengan meningkatnya pendapatan nasional.

A. ESSEI

1. Buktikan bahwa MPC + MPS = 1 dan APC + APS = 1!
2. Berikan definisi istilah-istilah ekonomi sebagai berikut :
a. Fungsi konsumsi
b. Fungsi tabungan
c. Intersep konsumsi
d. Intersep tabungan
e. Tingkat pendapatan nasional BEP
f. Kesediaan konsumsi marginal

B. KUANTITATIF

1. Lengkapilah titik-titik yang ada di dalam tabel di bawah ini dengan benar dan berikan penjelasan cara-caranya!

Tingkat Pendapatan Nilai
Konsumsi (C) Nilai
APC Nilai Saving (S) Nilai
APS

600
800
……………i)
……………m)
……………q)
……………u)

……………a)
……………e)
170
……………n)
……………r)
……………v)
……………b)
……………f)
……………j)
1,1
……………s)
……………w)
……………c)
……………g)
……………k)
……………o)
100
……………x)
……………d)
……………h)
……………l)
……………p)
……………t)
0,06








IV.1. Pengantar

Ada tiga macam fungsi pokok kebijakan anggaran belanja negara yaitu :
a. Fungsi alokasi = (mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia di dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat yang berupa public goods, seperti keamanan, pendidikan, jalan-jalan, jembatan-jembatan, taman-taman, tempat-tempat beribadah dan sebagainya cukup terpenuhi.
b. Fungsi distribusi (= yang pada pokoknya mempunyai tujuan berupa terselenggaranya pembagian pendapatan nasional yang adil dan merata.
c. Fungsi stabilitas (= yang pada umumnya bertujuan untuk memperluas kesempatan kerja, menstabilkan harga dan memelihara tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai.
Pembicaraan mengenai kebijakan fiskal disini hanya terbatas pada fungsi ketiga, yaitu fungsi stabilisasi.


IV.2. Pengertian Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)

Kebijakan fiskal atau politik fiskal adalah suatu tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.
Dengan melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat mempengaruhi variabel-variabel ekonomi makro seperti tingkat pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, tinggi rendahnya investasi nasional, distribusi pendapatan nasional dan sebagainya.
Disini kita hanya akan membahas kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapatan nasional.


IV.3. Komponen daripada Anggaran Belanja Negara

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kita adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Adapun komponen-komponennya adalah :
1. Penerimaan dalam negeri (disini diasumsikan hanya terdiri dari pajak)
2. Pengeluaran rutin (pengeluaran untuk gaji PNS/TNI/Polri, pengeluaran untuk konsumsi pemerintah seperti pengeluaran untuk pembangunan gedung-gedung atau kantor pemerintah, biaya pemeliharaan gedung dan sebagainya.
3. Tabungan pemerintah (selisih antara penerimaan dan pengeluaran)
4. Bantuan luar negeri (yang berupa bantuan pokok dan bantuan program)
5. Dana pembangunan
6. Pengeluaran pembangunan (yang berupa rupiah dan bantuan proyek)

Pengertian Pajak adalah uang atau daya beli yang diserahkan oleh masyarakat kepada pemerintah dimana terhadap penyerahan uang/daya beli tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang berlangsung.


IV.4. Analisis Kebijakan Fiskal dalam Sistem Perpajakan yang Sederhana

a. Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan dengan adanya Tindakan Fiskal Pemerintah

C = Co + b Yd ……………………………………………………….. (4.1)
S = - Co + (1 – b ) Yd ………………………………………………. (4.2)
Dimana : Yd = Y + Tr – Tx …………………………………………. (4.3)

Contoh :
Diketahui fungsi konsumsi C = 20 + 0,75 Yd.
Tr = 40
Tx = 20

Ditanya :
a) Bentuklah dan gambarkanlah fungsi konsumsi sebelum adanya Tr dan Tx!
b) Bentuklah dan gambarkanlah fungsi konsumsi sesudah adanya Tr dan Tx!

Penyelesaian :
a) Yd = Y + Tr + Tx = Y + 0 + 0 = Y
C = 20 + 0,75 Y

b) C = 20 + 0,75 (Y + 40 – 20)
= 20 + 0,75 Y + 15 = 35 + 0,75

Lihat Gambar atau Grafik di bawah ini :
a. Sebelum ada Tr dan Tx
C = 20 + 0,75 Y
Y = 0  C = 20 + 0,75.0 = 20
C = 0  0 = 20 + 0,75 Y  -0,75 Y = 20  Y = -26,6

b. Sesudah Tr dan Tx
C = 35 + 0,75 Y
Y = 0  C = 35 + 0,75 = 35
C = 0  0 = 35 + 0,75 Y
-0,75 Y = 35
Y = -46,6
























-46,6 -26.6 0



Gb. Sebelum ada Tr dan Tx dan sesudah ada Tr dan Tx


A. ESSEI

1. Berikan definisi untuk setiap pengertian ekonomi berikut :
a. Kebijakan ekonomi
b. Kebijakan fiskal
c. Barang publik
d. Barang pribadi/private goals
e. Pajak
f. Pengeluaran pembelian pemerintah
g. Transfer pemerintah

2. Uraikan mengenai ketiga fungsi pokok kebijakan fiskal!

3. Uraikan tentang anggaran belanja negara dengan tidak melupakan untuk menyebutkan semua komponennya!








V.1. Perekonomian tertutup dengan campuran tangan pemerintah

• Suatu perekonomian yang terdiri dari 3 (tiga) sekor, yaitu sektor rumah tangga (c), sektor perusahaan (I) dan sektor pemerintah (G).

Y = C + I + G …………………………………. (IV)

• Dalam perekonomian tertutup dengan campur tangan pemerintah, pendapatan nasional. Kesimbangan dapat dicari dengan dua cara, yaitu:
(I) Y = C + I + G
(II) I + G + Tr = S + Tx

Injection Leakages

Dimana :
(S + Tx) adalah saving dan pajak (bruto) yang dalam perekonomian disebut “Leakages” (kebocoran), yaitu bagian dari pendapatan nasional yang belum dibelanjakan.

Contoh :
1. Ketahui : Fungsi konsumsi : C = 0,75 Yd + 20
Investasi : I = 40
Pajak : Tx = 20
Pengeluaran pemerintah : G = 60
Transfer pemerintah : Tr = 40

Penyelesaian :
a. Pendapatan nasional equilibrium : Y = C + I + G
Y = (0,75 Yf + 20) + (40) + (60)
Dimana : Yd = Y + Tr – Tx
= Y + 40 – 20
= Y + 20
Y = 0,75 (Y + 20) + 20 + 40 + 60
= 0,75 Y + 15 + 120
= 0,75 Y + 135
0,25 Y = 135
Y = 540

b. Konsumsi equilibrium : C = 0,75 Yd + 20
C = 0,75 (Y + 20) + 20
= 0,75 (540 + 20) + 20
= 0,75 (560) + 20 = 440


c. Saving equilibrium : S = Yd = - C atau S = - Co + (1 – b) Yd
S = (Y + 20) – (C)
= (540 + 20) – (440)
= (560 – 440
= 120

d. Bukti bahwa : I + G + Tr = S + Tx
40 + 60 + 40 = 120 + 20
140 = 140


V.2. Angka Penggandaan (MULTIPLIER)

Multiplier adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah kenaikan atau penurunan dalam pendapatan nasional dengan jumlah kenaikan atau penurunan dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan perubahan dalam pendapatan tersebut.

Macam-macam multiplier sebagai berikut :
(1) Angka pengganda investasi : KI + =

(2) Angka pengganda konsumsi : KC + =

(3) Angka pengganda pengeluaran pemerintah : KG + =

(4) Angka pengganda transfer pemerintah : KTr + =

(5) Angka pengganda pajak : KTx + =

(6) Angka pengganda anggaran belanja yang seimbang : KB =


Contoh :
1. Periode sebelum tahun 1972 :
a) Besarnya investasi : I = 40
b) Konsumsi pemerintah : G = 60
c) Transfer pemerintah : Tr = 40
d) Pajak : Tx = 20

2. Periode sesudah tahun 1972
a) Investasi : 50
b) Konsumsi pemerintah : 60
c) Transfer pemerintah : 60
d) Pajak : 40

3. Fungsi konsumsi per tahun : C = 0,75 Yd + 20

Penyelesaian :
1. Besarnya Pendapatan Nasional Equilibrium sesudah tahun 1972 (periode ke dua)
Y2 = Y1 + Y
Dimana :
- Y2 = sesudah tahun 1972
- Y1 = sebelum tahun 1972
- Y = kenaikan Y

 Y1 = C + I + G
= 0,75 Yd + 20 + 40 + 60 Yd = Y1 + 40 - 20
= 0,75 (Y1 + 20) + 120 = Y1 + 20
= 0,75 Y1 + 15 + 120
= 0,75 Y1 + 135
0,25 Y1 = 135
Y1 = 540

 KI = = = = 4
 KG = = = 4
 KTr = = = 3
 KTx = = = -3

KI = KG = KTr = KTx =
4 = 4 = 3 = -3 =
4 = 4 = 3 = -3 =
Y = 40 Y = 0 Y = 60 Y = -60

Y2 = 540 + (40 + 0 + 60 – 60)
= 540 + (40)
= 580
2. Besarnya konsumsi equilibrium sesudah tahun 1972
C2 = C1 + b Yd

Dimana :
- C2 = konsumsi sesudah tahun 1972
- C1 = konsumsi sebelum tahun 1972

 C1 = 0,75 Yd + 20
= 0,75 (540 + 40 – 20) + 20
= 0,75 x 560 + 20
= 440

 Yd = (Y2 + Tr2 + Tx2) – ( Y1 + Tr1 + Tx1)
= (580 + 60 – 40 ) – (540 + 40 – 20)
= (600) – (560)
= 40
C2 = 440 + 0,75 (40)

3. Besarnya saving equilibrium sesudah 1972
S2 = S1 + (1 – b)  Yd

Dimana :
- S2 = saving sesudah 1972
- S1 = saving sebelum 1972

 S1 = Yd – C1
= (540 + 40 – 20) – 440
= 120

S2 = 120 + (0,25) . 40
= 130

Bukti :
I + G + Tr = S + Tx
50 + 60 + 60 = 130 + 40
170 = 170







VII.1. Pengantar

Perekonomian terbuka adalah suatu perekonomian yang terdiri dari empat (4) sektor yaitu : Rumah Tangga, Produsen, Pemerintah dan Luar Negeri.

Y = C + I + G + (X – M) ………………………………………….(7.1)

Dimana : X = nilai ekspor
M = nilai impor
Oleh karena : Y = C + S
Maka : C + S = C + I + G + (X – M)
S + M = I + G + X ……………………………………………….(7.2)

Persamaan (7.2) mempunyai makna bahwa syarat equilibriumnya perekonomian ialah kesamaan (S+M) dengan (I+G+X). Saving (S) tidak lagi harus sama dengan investasi (I). Demikian pula nilai ekspor tidak perlu sama dengan nilai impor. Perekonomian yang tengah memiliki neraca perdagangan dimana X > M, akan mencapai keadaan equilibrium justru dimana I < S, demikian pula sebaliknya.

Dalam model ini, pengeluaran investasi dan ekspor keduanya diperlakukan sebagai variabel eksogen, sedangkan S dan M masing-masing diperlakukan sebagai variabel endogen dengan persamaan-persamaan sebagai berikut :

S = - Co + (I – b) Y ………………………………………………(7.3)
M = M0 + mY ……………………………………………………..(7.4)

Dimana :
M = besarnya impor
Mo = besarnya impor pada tingkat pendapatan nasional nol
m = = marginal propensity to impor (MPI)

Contoh :
Diketahui : fungsi tabungan : S = -40 + 0,3Y
fungsi impor : M = 20 + 0,2 Y
pengeluaran investasi : I = 280
ekspor : X = 100

Pertanyaan :
a. Pendapatan nasional equilibrium?
b. Tabungan equilibrium?
c. Impor equilibrium?

d. Konsumsi equilibrium?
e. Neraca perdagangan equilibrium?

Penyelesaian :
a. Pendapatan nasional equilibrium : Y = C + I + G + X – M
Y = (40 + 0,7Y) + (280) + (0) + (100) – (20 + 0,2 Y)
Y = 40 + 0,7 Y + 280 + 100 – 20 – 0,2Y
Y = 400 + 0,50 Y
0,5Y = 400
Y = 800

b. Tabungan equilibrium : S = -40 + 0,3 Y
= -40 + 0,3 . 800
= -40 + 240 = 200

c. Impor equilibrium : S = 20 + 0,2 Y
= 20 + 0,2 . 800
= 20 + 160 = 180

d. Konsumsi equilibrium : Y = C + I + G + X – M
800 = C + 280 + 0 + 100 – 180
800 – 280 – 100 + 180 = C
600 = C
C = 600

e. Nilai perdagangan equilibrium : X = 100, M = 180 karena X < M = 100 < 180 defisit neraca perdagangan


VII.2. Angka-angka Pengganda

Angka pengganda untuk perekonomian terbuka disebut angka pengganda perdagangan luar negeri (foreign trade multiplier)

1. Angka pengganda ekspor : KFX = =
2. Angka pengganda investasi : KFI = =
3. Angka pengganda autonomous saving : KF-Co = =
4. Angka pengganda autonomous import : KFMo = =


Contoh :
Diketahui :
a. Mula-mula perekonomian dalam keadaan equilibrium dengan eskpor neto sebesar Rp. 10 milyar per tahun
b. Fungsi tabungan : S = -40 + 0,3 Y
c. Fungsi impor : M = 20 + 0,2 Y

Apabila : (a) pengeluaran investasi bertambah dengan Rp. 40 milyar nilai ekspor tidak mengalami perubahan, (b) nilai ekspor bertambah dengan Rp. 40 milyar, pengeluaran investasi tidak mengalami perubahan, (c) investasi bertambah dengan Rp. 20 milyar dan ekspor bertambah dengan Rp. 20 milyar dan ekspor bertambah dengan Rp. 20 milyar.

Pertanyaan :
Berapakah besarnya ekspor neto atau impor neto setelah kejadian-kejadian (a), (b) dan (c) ?

Penyelesaian :

Terlebih dahulu kita hitung angka-angka penggandanya
(1) Angka pengganda investasi :
KFI = = = 2
(2) Angka pengganda ekspor
KFX = = = 2
a. Perubahan nilai impor akibat perubahan pengeluaran investasi :
 I = 40  = KFI
= 2

Y = 80
M = mY  M = 0,2 . 80 = 16

Ekspor neto yang baru : (Xo – Mo) + ( X - M)
= (10 – 0 ) + (0 – 16)
= -6

b. Perubahan nilai impor akibat perubahan nilai ekspor :
X = 40  M = = = 16



Ekspor neto yang baru : (Xo – Mo) + (X - M)
= (10 – 0) + (40 – 16)
= 34 (SMU)

c. Perubahan nilai impor akibat kenaikan ekspor dan investasi masing-masing sebesar Rp. 20 milyar :

M = + = +

Ekspor neto yang baru : (Xo – Mo) + (X - m)
= (10 – 0) + (20 – 16)
= 14 (SMU)


A. ESSEI

1. Terangkan apakah yang dimaksud dengan : (a) neraca perdagangan yang aktif, (b), angka pengganda perdagangan luar negeri, (c) ekspor neto, (d) keseimbangan intern, (e) marginal propensity to import.

2. Sebutkan semua variabel ekonomi yang diperhatikan dalam model analisis ekonomi terbuka tanpa kebijakan fiskal dan di mana dalam model tersebut hanya pasar komoditi saja yang diperhatikan.

3. Tunjukan semua unsur-unsur pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka dimana terdapat transaksi fiskal pemerintah!

4. Secara matematik turunkan rumus-rumus yang dapat dipergunakan untuk menghitung: (a) besarnya pendapatan nasional equilibrium, (b) angka pengganda investasi, (c) angka pengganda intersep saving, (d) angka pengganda intersep impor, semuanya untuk perekonomian terbuka tanpa kebijakan fiskal!

5. Tunjukan perbedaan dampak total perubahan ekspor dengan dampak total perubahan investasi terhadap surplus atau defisitnya neraca pembayaran!

6. Uraikan, tentang konflik antara keseimbangan ekstern dengan keseimbangan intern!

7. Misalnya dengan maksud mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, pemerintah berusaha menaikkan besarnya investasi dengan jumlah sebesar 100, yang sebelumnya hanya sebesar 400. Apabila target investasi tersebut terealisir, tunjukkan dampak kenaikan investasi tersebut terhadap neraca perdagangan negara RI. Tunjukkan perhitungan-perhitungan yang mendasari jawaban saudara!

8. Perekonomian negara K mempunyai data sebagai berikut :
a. fungsi saving : S = 0,15Y – 200
b. fungsi impor: M = 0,1Y + 100
c. pengeluaran investasi: I = 400
d. ekspor: X = 300
Berdasarkan data tersebut hitunglah besarnya nilai-nilai equilibrium : (a) pendapatan nasional, (b) saving, (c) impor, (d) konsumsi, (e) neraca perdagangan.

EKONOMI MANAJERIAL

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Pengertian Ekonomi Manajerial
a) Penerapan teori ekonomi mikro untuk bisnis
b) Ekonomi mikro terapan
c) Konsep ilmu manjemen dan riset operasi (OR)
d) Suatu kerangka kerja terpadu untuk menganalisis masalah-masalah pengambilan keputusan dalam dunia bisnis.
• Ekonomi manajerial = Managerial economics
• Walaupun definisi ekonomi manajerial berbeda-beda, tetapi perbedaan-perbedaan tersebut hanyalah soal ”bahasa” saja karena pada hakekatnya ”substansi”-nya tetap sama  ”decision making”.

I.2. Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial
• Untuk melihat konsep-konsep ekonomi manajerial secara lebih jelas, kita dapat melihat dari hubungannya dengan :
1. Ilmu Ekonomi : Mikro dan Makro
2. Ilmu-ilmu pengambilan keputusan (decision sciences) : ekonomi pertanian, ekonometrika, ekonomi pembangunan, ekonomi industri, ekonomi uang dan bank, ekonomi perkotaan, ekonomi regional dan lain sebagainya.
3. Cabang-cabang ilmu lain yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan manajerial, seperti : akuntansi, keuangan, perbankan, asuransi, real estate, bisnis, pemasaran, personalia, produksi, sistem imformasi manajemen, perilaku organisasi, statistik, riset operasi dan lain-lain.

Pembahasan singkat :
• Kaidah ekonomi mikro : MR = MC - profit maximum
• Perusahaan secara individual dipengaruhi oleh situasi perekonomian nasional yang merupakan bidang pembahasan dari ekonomi makro, maka ekonomi manajerial juga memanfaatkan analisis ekonomi makro.
1.3. Teori Perusahaan
• Secara tradisional, tujuan utama perusahaan (jangka pendek) : maksimalisasi keuntungan ( TR – TC).
• Sekarang, tujuan utama perusahaan (jangka pendek) adalah maksimalisasi nilai/kekayaan perusahaan .

N TRt - TCt
Nilai perusahaan = Σ -------------
t=1 (1 + I)t
• Dimana :
T = Periode
N = Jumlah Tahun
TRt = Total Revenue pada waktu t
TCt = Total Cost pada waktu t
I = Tingkat bunga
[ TRt – TCt = Profit  II = (TRt – TCt) ]
• Nilai perusahaan = present value (PV) dari laba yang diharapkan pada masa yang akan datang.

I.4. Peranan Bisnis Dalam Masyarakat
Perusahaan-perusahaan merupakan unit-unit ekonomi, karena itu diharapkan untuk memperhatikantanggung jawab sosial dalam konteks model ekonomi suatu perusahaan. Model tersebut menekankan analisisnya pada keeratan keterkaitan antara dunia bisnis dengan masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa dunia bisnis harus berperan serta secara aktif dalam mengembangkan dan merumuskan peranannya dalam membantu masyarakat untuk mencapai tujuan mereka.

I.5. Manager Sebagai Pengambil Keputusan
Para manager disuatu perusahaan bertanggung jawab hampir terhadap semua pengambil keputusan ekonomi, seperti : macam produk yang dihasilkan, harga, teknologi produksi yang digunakan dan pembiayaan produksi yang pada akhirnya akan menghasilkan laba/rugi bagi perusahaan yang dijalankan.

I.6. Sifat Laba
Definisi laba/profit : selisih antara penerimaan total (total revenue) dengan biaya total (total cost). Jika selisih tersebut negatif ( rugi )/(losses). Untuk lembaga nirlaba, kelebihan TR atas TC atau surplus dan kekurangan TR atas TC disebut defisit
TR  TC Surplus
TR  TC Balance
TR  TC Defisit
































BAB II
OPTIMISASI EKONOMI


A. Maksimalisasi Ekonomi
Dalam ekonomi manajerial, tujuan pokok manajemen adalah memaksimumkan nilai perusahaan ( lihat sub C )
- Optimalization
- Optimization

B. Kaidah-kaidah Penurunan Suatu Fungsi
1. Kaidah Konstan : Y = C ( Derivatif ) Y’ = dY/dX = 0 C = Constant
Contoh : Y = 10 ---> Y’ = 0

2. Kaidah Pangkat : Y = aXb --> Y’ = dY/dX = b a X (b-1)
Contoh : Y = 2X3 --> Y’ = 3.2X (3-1) = 6X2

3. Kaidah Penjumlahan dan Selisih : Y = U + V, maka :

4. Kaidah Perkalian : Y = U V



Contoh : Y = 3X2 (3-X), berarti U = 3X2 dan V = (3-X)



= 3X2 (-1) + (3-X) (6X)
= -3X2 + 18X) - 6X2
= -9X2 + 18X

5. Kaidah Hasil Bagi : Y = U/V, maka :





Contoh : U = 2X – 3 dan V = X2 , maka :







6. Kaidah Rantai : Y = 2U - U2, maka :



Contoh 1 : U = 2 X3  Y’ = ?
dY/dU = 2 -2U, dY/dU = 2 – 2(2 X3 ) = 2 – 4 X3
dU/dX = 6 X2 , dY/dX = dY/dU * dU/dX
= (2 - 4 X3)6X3
= 12X3 - 24 X5
Contoh 2 : Y = X2 - 1 Misalkan U = X2 - 1 maka Y = U = X1/2
dY / dU = Y’ = 1 / 2 U1/2 = 1 / 2 U1/2
C. Penggunaan Derivatif atau Turunan untuk memaksimumkan atau meminimumkan Fungsi : Pencarian Out Put Optimum yang menghasilkan Laba maksimum
Proses optimisasi adalah proses pencarian nilai maksimum atau minimum dari suatu fungsi.
Contoh : Suatu Perusahaan menghadapi fungsi-fungsi sbb:
Total Revenue (TR) = 41,5Q – 1,1Q2
Total Cost (TC) = 150 + 10Q – 0,5Q2 + 0,02 Q3
Pertanyaan :
a) Hitunglah besarnya output optimum (Q) (yang dapat menghasilkan laba maksimum)
b) Hitunglah besarnya laba maksimum tsb !
Jawab:
a). Syarat maximum profit = MR (Marginal Revenue) = Mc (Marginal Cost)






41,5 – 2,2Q = 10 – Q + 0,06Q2
0,06Q2 - 1,2Q + 31,5 = 0
Dengan rumus abc  Q1,2









Jadi tingkat output yang optimum/menghasilkan laba maksimum adalah Q2=15 (Tingkat Output yang negative tidak mungkin terjadi)
b) Besarnya laba maksimum :

D. Optimalisasi Terkendala
Dalam proses pengambilan keputusan yang dihadapi oleh para manager, ada berbagai kendala yang membatasi pilihan-pilihan yang tersedia bagi para manager tersebut. Misalnya seorang manager produksi ditugaskan untuk meminimumkan biaya total dalam memproduksi sejumlah produk tertentu dari perusahaannya. Disamping itu juga harus memaksimumkan output dari suatu departemen tertentu, dengan sejumlah sumber daya tertentu yang tersedia.
Bidang-bidang fungsional lainnya dari suatu perusahaan juga menghadapi masalah optimisasi terkendala ini. Misalnya manager pemasaran. Ia ditugaskan untuk memaksimumkan penjualan dengan kendala tidak boleh melebihi anggaran iklan yang tersedia. Demikian pula para pegawai keuangan berusaha untuk meminimumkan biaya untuk memperoleh modal, sering kali harus bekerja dibawah kendala-kendala yang ditetapkan oleh persyaratan pembiayaan investasi dan keseimbangan kas dan oleh para kreditor.
Secara umum, masalah optimisasi terkendala ini dikelompokan menjadi 2:
Masalah Maksimalisasi Masalah Minimalisasi
Max : laba, penerimaan, output Min : biaya
Tunduk kepada : kendala bersumber daya Tunduk kepada : kendala kuantitas / kualitas output

Contoh 1:
Suatu perusahaan memproduksi produknya dengan menggunakan dua pabriknya dan bekerja dengan fungsi biaya total sbb:
TC = 3X2 + 6Y2 –XY
Dimana X merupakan output dari pabrik yang pertama dan Y merupakan output dari pabrik yang kedua. Manajemen akan berusaha untuk menentukan kombinasi biaya terendah (loast cost combination) antara X dan Y, dengan tunduk kepada kendala bahwa produk total harus sebesar 20 unit
Pertanyaan :
a) Buatlah formasi masalah optimisasi kendala tersebut
b) Hitunglah jumlah X dan jumlah Y yang optimum
c) Hitunglah TC-nya pada kondisi output optimum (soal b)
Jawab :
a) Formulasi masalah optimisasi :
Minimumkan TC = 3X2 + 6Y2 –XY
Dengan kendala (constraint): X + Y = 20
b) Metode substitusi : X = 20 – Y
Metoda lain : Lagrangian Multiplier
Teknik substusi seperti diatas tidak selalu dapat digunakan. Kadang-kadang kendala terlalu banyak dan kompleks untuk disubstitusikan. Dalam kasus seperti ini, teknik angka penggandaan Lagrange harus digunakan. Teknik lagrange ini digunakan untuk memecahkan masalah-masalah optimisasi terkendala dengan cara mengabungkan fungsi tujuan mula-mula dengan persyaratan kendala.
Lagranglan function : LTC = 3X2 + 6Y2 – XY + … (-X-Y + 20)
Agar optimum, derivatifnya harus sama dengan nol, yaitu :
Dengan mensubstitusikan nilai X dan Nilai Y ke dalam persamaan (a), kita dapat menentukan nilai … :
6X – Y - … = 0
6.13 – 7 - … = 0
78 – 7 - … = 0
71 - … = 0 -- … = + 71
Disini kita dapat menginterprestasikan … sebagai MC pada tingkat output sebesar 20. Ini berarti bahwa jika perusahaan memproduksi, misalnya 19 unit output, maka TC akan turun sekitar 71 (smu). Sebaiknya jika perusahaan memproduksi 21 unit output, maka TC akan naik sejumlah itu (71). Secara umum, setiap angka pengganda Lagrange (…) menunjukan pengaruh marginal terhadap penyelesaian fungsi tujuan mula-mula oleh penurunan/kenaikan persyaratan kendala sebesar 1 unit. Sering kali hubungan marginal yang dijelaskan oleh … tersebut menunjukan data ekonomis yang dapat membantu seorang manager untuk mengevaluasi manfaat-manfaat potensial dari pengurangan sebuah kendala.
Contoh 2:
Fungsi permintaan seorang prodesen dalam menjual outputnya adalah sbb:
Q = 14 – P
Dalam Produksi ia mengeluarkan biaya tetap sebesar 35 (smu) dan biaya variable dinyatakan dalan fungsi :
TVC = -16Q + 2Q2
Pertanyaan :
a) Hitunglah jumlah output optimum (yang mengdatangkan laba maksimum) ?
b) Berapakah besarnya penerimaan marginal (MR) pada output tersebut ?
c) Berapa besarnya biaya rata-rata per output (AC) pada kondisi (a) diatas ?
d) Hitung besarnya laba maksimum pada kondisi (a) di atas ?



Jawab :
a) Syarat output optimum : MR=MC
MR = dTR/dQ dan MC = dTC
Q = 14 – P P = 14 – Q
TR = P.Q TC = TFC + TVC
= (14 – Q)Q = 35 + (-16Q + 2Q2)
= 14Q – Q2 = 35 – 16Q + 2Q2
MR = 14 – 2Q MC = -16 + 4Q
14 – 2Q = -16 + 4Q
30 = 6Q
Q = 5 output optimum
b) MR = 14 – 2Q
= 14 – 2.5 = 4 (smu)
c) AC = TC/Q = (35- 16Q + 2Q2)/Q
= (35 – 16.5 + 2.52)/5
= (35 – 80 + 50)/5
= 1
d)  = TR – TC
= 14Q – Q2 – (35 – 16Q + 2Q2)
= 14.5 – 52 – (35 – 16.5 + 2.52)
= 70 – 25 – 35 + 80 – 50
= 40








BAB III

RISIKO, KETIDAKPASTIAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


III.1. Pengantar

Dua maslah pokok yang sering terjadi dalam dunia nyata, yaitu masalah ketidakpastian dan ketidaksempurnaan informasi.kita selalu menganggap bahwa harga, biaya, penerimaan, laba dan sebagainya diketahiu dengan pasti. Misalnya dalam pembuatan keputusan produksi, kita menganggap bahwa suatu perusahaan telah mengetahui secara pasti harga-harga input dan outpunya, Pada hal ini merupakan kasus yang jarang terjadi, Karena permintaan dan penawaran input-output selalu berfliktuasi sepanjang waktu. Mereka selalu dalam kondisi ketidakpastian.

Masalah kedua adalah ketidak sempurnaan informasi, masalah ini masih berhubungan dengan ketidakpastian, tetapi antara keduanya masih dapat dibedakan. Selama ini kita selalu menansumsikan bahwa Produsen, konsumen, Pekerja dan sebagainya mempunyai informasi yang lengkap tentang pilihan-pilihan yang cocok buat mereka, Padahal kenyataanya belum tentu demikian. Konsumen harus mencari harga yang paling rendah, Pekerja harus mencari informasi tentang pekerjaan alternatif.

Semua persoalan tersebut membentuk suatu bidang studi yang disebut ekonomi informasi (economics of information). Informasi itu senditi merupakan suatu komoditi yang hanya dapat diperoleh dengan mengeluarkan biaya. Ada suatu keadaan dimana konsumen berhenti mencari pekerjaan alternatif karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Keadaan seperti ini menjelaskan mengapa produk yang sama dapat dijual dengan harga yang berbeda atau pekerja dengan kualifikasi yang sama mempunyai gaji yang berbeda.


III.2. Ketidakpastian dan Resiko.

Frank Knight (1992), menjelaskan suatu hubungan antara risiko denagan ketidakpastian (uncertainty). Knight melukiskan suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang berisiko jika kita dapat menentukan kemungkinan obyektif secara pasti terhadap hasil atau kejadian.

Sedangkan suatu keadaan dianggap mengandung ketidakpastian jika tidak ada kemungkinan obyektif yang dapat di tentukan. Knight meyimpulkan bahwa keputusan enterprenurial dan laba termasuk teori ketidakpastian, bukan teori risiko. Sikaporang terhadap risiko ada beberapa macam :
a. Risk Averter
b. Risk neutral
c. Risk lover

III.3. Lankah-Lankah Pengambilan Keputusan.
a. Difinisi Of Problem : Masalah apa yang dihadapi (what), siapa yang akan memutuskan (who), bagaimana keadaan yang melatarbelakangi pangambilan keputusan (how), dan bagaimana pengaruhnya terhadap tujuan-tujuan manajemen (what’s the influence).
b. Determinan Of Objektives : Apa tujuan pengambilan keputusan, bagaimana seharusnya decision maker tersebut ingin mencapai tujuan yang bertentangan satu sama lain.
c. Looking For The Alternatives ; Apa alternatif tindakan untuk mencapai tujuan, variable apa saja yang dapat kita kendalikan, apa kendala yang kita hadapi dalam mencapi tujuan.
d. The Prediction Of The Impacts : Bagaimana konsekuensi dari setiap alternatif pilihan, jika hasil yang diharapkan tidak pasti bagaimana sifatnya, dapatkah informasi yang lebih baik diperoleh untuk meramalkan hasil.
e. The Determination Of The Choices : Setelah semua analisis selesai dilakukan, kita dapat menentukan pilihan yang paling kita inginkan. Setelah seorang decision maker menetapkan konteks permasalahan, menentukan tujuan, dan menidentifikasi alternatif-alternatif yang tersedia, bagaimana caranya untuk memeilih suatu pilihan yang diinginkan. Penentuan pilihan ini berkaitan dengan penggunaan metode tertentu untuk menetapkan keputusan yang paling optimal, seperti misalnya metode-metode : analisis marjinal, program linier, analisis manfaat biaya dsb.
f. The Aanalysis of sensivity : Menjelaskan bagaimana suatu keputusan yang optimal akan berubah jika fakta-fakta ekonomi utama berubah, analisis sensitifitas ini memeiliki beberapa kegunaan yaitu :

1. Memberikan informasi factor factor kunci dalam permasalahan yang mempengaruhi keputusan.
2. Menelusri pangaruh-pengaruh variable yang tidak diyakini oleh manajer.
3. Menghasilkan solusi dalam kasus proses pengulangan pengambilan keputusan jika keadaan-keadaan tertentu dimodifikasi.
































BAB IV
TEORI PERILAKU KONSUMEN

A. Cardinal Utility Aproach
• Kepuasna konsumen dapat diukur secara kuantitatif.
• “Utility” : kepuasan yg diperoleh konsumen karena mengkonsumsi sesuatu/sejumlah barang tertentu.
• Istilah Utility dikemukakan oleh Jeremy bentham (1748-1832)
• Adam Smith memberikan istilah “Value Paradox” bagi ksus yang aneh antara berlaian dan air, berlian lebih mahal dari air karena marginal utility berlian lebih tinggi dari pada marginal utility air, atau nilai tukar (Value In Exchange) berlian > nilai tukar air, sekalipun nilai guna (Value In Use) air jauh lebih tinggi dari nilai guna berlian.
• Pendapat Adam Smith ini didukung oleh ahli-ahli lain diantaranya William stanly Jevons, yang mengatkan bahwa harga suatu barang ditentukan oleh marginal utility barang tersebut.
• Asumsi-Asumsi :
a. Kepuasan total konsumen adalah jumlah dari barang yg dikonsumsikan.
b. Konsumen akan memaksimumkan kepuasan totalnya dgn tunduk kepada kendala anggaran/uang yang dimilikanya.
c. “Utility” konsumen dapat diukur.
d. Marginal utility (MU) konsumen semakin menurun. Semakin menurunya MU ini berarti kepuasan tambahan yang diperoleh konsumen karena mengkonsumsi suatu barang juga semakin menurun (The Law Of Diminishing marginal Utility). Semakin menuru MU juga mencerminkan bahwa kurva permintaan berlereng negatif ( P naik maka Q turun dan P turun maka Q naik).








Contoh :
1. Tabel kepuasan total dan kepuasan tambahan yg diperoleh konsumen rokok

Rokok TU MU
0 0
9
8
7
6
5
-1
-2
-3
1 9
2 17
3 24
4 30
5 35
6 34
7 32
8 19

Secara matematis, kepuasan total konsumen akan tercapai bila :
a. Mux =Px (kasus 1 barang)
b. Mux  Muy (kasus 2 barang)
Px Py

Dengan kendala (constraints) M=xPx + yPy
Dimana :
Px, Py = harga barang X,Y
Mux,Muy = marginal utility dgn barang U,Y
M = Jumlah pendapatan konsumen
X,Y = jumlah X,Y yg dikonsumsi

2.Secara konsumen terhadap barabg X dan Y ditunjukan oleh tabetl sbb :

Q 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mux 16 14 11 10 9 8 7 6 5 3
MUy 15 13 12 8 6 5 4 3 2 1

Bila harga barang X= Rp.2.000,- harga barang Y= Rp.2.000,- dan pedapatan konsumen = Rp.20.000,- berapakah
a.jumlah barang X dan Y yang hrs dibeli agar kepuasan totalnya maximum.
b.hitunglah besarnya kepuasan maximum tersebut.
Jawab :
1. syarat kepuasan total maximum
Px = Rp. 200,- Py = Rp.2000,- M = Rp.20.000,-

Mux Muy
------ = -------
Px Py dan M = xPx + yPy
20.000 = (6) (2000) + (4) (2000)
8 8 20.000 = 12.000 + 8.000
--------- = --------- 20.000 = 20.000
2000 2000

Jadi agar kepuasan total konsumen itu masimum maka ia harus membeli barabg Xdan Y masing-masing sebanyak 6 unit dan 4 unit.

2. kepuasan total maximum (TU Max)
TU = MUX*X + muY*Y
TU = 8*6 + 8*4
TU = 48 + 32
TU = 80

3. Diketahui fungsi utility konsumen U = 20 + 2X + 3XY + 4Y

M = 80, Px = 10, Py = 8, hitunglah
a. berapakah jumlah barang X dan Y yg harus dibeli agar kepuasan totalnya max.
b. hitung berapa besarnya kepuasan maximum tsb.

Jawab ;
a.kendala M= xPx + yPy
80=10x +8y ……………..(1)

TUmax = MUx MUy Mux = U
------- = ------- ------ = 2 + 3y
Px Py X
Muy = U
----- = 3X + 4
Y
2+3Y = 3X+4
10 8

8*(2+3Y) = 10*(3X+4)
16+24Y = 30X+40
-24 = 30X-24Y …………..(2)



subtitusikan persamaan (1) dan (2)
(1) 80=10X+8Y 3
(2)-24=30X-24Y 1
240=30X+14Y
-24=30X-24Y (+)
216=60X
X=3,6

(1) 80=10X+8Y
80=10*(3,6)+8Y
80=36+8Y
44=8Y
Y=5,5

b. Tu max= U =20+2X+3XY+4Y
=20+2*(3,6)+3*(3,6)*(5,5)+4*(5,5)
=108,6

latihan soal
1.lihat contoh (2)
a. bila harga barang X turun 50%, berapa jumlah barang X dan Y yang harus di beli agar TU maximum
b. hitung berapa besarnya TU max tersebut

2.lihat contoh (3)
a. bila harga X menjadi 8, berapa jumlah barang X dan Y yang harus dibeli agar Tumax
b. hitung berapa besarnya TUmax tersebut
Jawab :
1.a.syarat total kepuasan max
PX=Rp.2000,- x 50% = 1.000
PY=Rp.2000
M=Rp.20.000
Mux = Muy dan M = xPx + yPy
Px Py 20.000 = (6) (1000) + (4) (2000)
8 = 8 20.000 = 6.000 + 8.000
1000 = 2000 20.000 = 14.000

jadi puncak kepuasan konsumen tidak terjadi

b.Kepuasan total maximum (TU Max)
TU = (Mux * X ) + (Muy * Y)
= (8 * 6) + (8 * 4)
= 48 + 32
= 80
2. Fungsi utility konsumen
U = 20 + 2X + 3XY
M = 80 , Px = 8, Py = 8

Pertanyaan ;
a. Berapa jml barang X dan Y yg harus dibeli agar kepuasan totalnya maximum
b. Hitunglah berapa besarnya kepuasan maximum tersebut

Jawab ;
a. kendala M=xPx + yPy
80= 8x + 8y ………..(1)

TU max = Mux = Muy Mux = U
------ ----- ------ = 2 + 3y
Px Py X

Muy = U
------ = 3x + 4
Y
2+3y = 3x+4
8 8
8(2+3y) = 8(3X+4)
16+24Y = 24X+32
-24 = 24X-24Y ………..(2)

subtitusikan persamaan (1) dan (2)
(1) 80= 8x + 8y 3
(2) -24= 24x – 24y 1
240=24x + 24y
-24=24x – 24y (+)
216=48x
x=4,5

(1) 80=8x +8y
80=(8*4,5) + 8y
80=36 + 8y
y=5,5

b. TU Max =U= 20+2x+3xy+4y
20+2(4,5)+3(4.5) (5,5)+4(5,5)
20+9+74,25+22
125,25

B. Ordinal Utiliy Approach

Pendekatan kardinal yang mengatakan bahwa kepuasan konsumen itu dapat diukur adalah lemah, oleh karena munculah teori lain yaitu Ordinal Utility Aproach. Menurt pendekatan ini kepuasan konsumen dinyatakan dengan alat analisis yang di sebut Indefference Curve Analisys. Yang di maksud dengan kurva Indeffernce Curva Analisis adalah suatu kurva yang menunjukan berbagai kombinasi barang yang dibeli oleh konsumen yang memberikan kepuasan yang sama bagi konsumen dengan asumsi-asumsi :
a. Konsumen mendapatkan kepuasan lewat barang-barang yang dikonsumsi
b. Konsumen akan memaksimumkan kepuasanya dengan tunduk kepada anggaran yang dimilikinya
c. Konsumen mempunyai suatu skala preferensi
d. MRS akan menurun setelah melewati suatu tingkat utility tertentu

Skala Preferensi
- 2 barang : AA,  A  A = B (indifference)
- 3 barang : A>B, B>C,  A>C
- Konsumen selalu ingin menkonsumsi jumlah barabg yang lebih banyak karena ia tidak pernah terpuaskan.

Tabel :
Marginal Rate Of Substitution dari tongseng untuk sate (MRTS Of T For S)


Tongseng (piring) Sate (tusuk) MRTS Of T for S
1 20
5
4
3
2
2 15
3 11
4 8
5 6


A
20
15 B
11 C
8 D

6 E


0 1 2 3 4 5


Ciri – Ciri IC
a. semakin jauh dari titik asal maka semakin tinggi utilitas konsumen
b. IC tidak pernah berpotongan satu sama lain
c. IC berlereng negatif
d. IC cembung ke arah titik asal

Suatu garis yang menunjukkan berbagai barabg yang dapat dibeli konsumen dengan sejumlah pendapatan tertentu pda tingkat harga tertentu disebut Consomer’s Budget Line (CBL).
Y
AOB =” CBL AREA”
A



0 B X


Persamaan /fungsi CBL
a. M = xPx + yPy
b. Y = M - Px
Py Py

Contoh :
M=100, Px=5, Py=10
Persamaan CBL : Y = 100 - 5 x
5 10
Y = 10 – 1 x
2

Ciri – cirri CBL
a. Slope/lereng negatif = Px
Py
b. berbentuk linier selama harga tidak berubah.
c. Nilan dari CBL semkin ke kekanan semakin bersar
d. CBL akan bergeser jika terjadi perubahah anggaran atau harga.

• Keseimbangan konsumen (posisi yang menunjukan kepuasan total yang maximum) terjadi jika IC tepat bersinggungan dengan CBL (slope keua kurve tersebut harus sama).


Y

A
IC 3
IC 2

IC1
IC0


X
0 B


E = posisi yang menunjukan kepuasan total yang maximum AB CBL
OAB  ‘CBL AREA’
• Suatu kurva yang menggambarkan kumpulan berbagai barang (missal X dan Y) yang memksimumkan kepuasan konsumen pada berbagai tingkat harga barang X dengan asumsi pendapatan dan harga barang lain tetap, disebut Price Consumption Curve (PCC).


Y


A PCC








0 B C D E X
Kegunaan Indifferen curve adalah untuk menganalisis konsumen antara dua barang muisal pengaruh kenaikan/penurunan pajak terhadap barang –barang tertentu seperti pajak penggunaan bensin super tururn dan pajak penggunaan premium naik maka harga bensin super turun dan harga bensin premium naik.




A’

A






0 B’ B Premium
Penggunaan premium turun = OB  OB’
OA  OA’

C. Pendekatan Atribut
- Teori ini dikemukakan oleh Kalvin Lan Caster (1966)
- Teoeri ini mengasumsikan pada atribut curve yang bersangkutan (semua jasa yang dihasilkan dengan pemilikan/penggunaan barang tersebut) . missal atribut mobil  jasa angkutan, prestise, kenyamanan dll.




























BAB V
TEORI PERMINTAAN

V. 1. Pengertian Permintaan (Demand)
Dalam konsep ilmu ekonomi “Permintaan” adalh jumlah barang dan jasa, yang akan dibeli konsumen pada periode dan keadaan tertentu. Periode disini biasanya dalam 1 tahun dan keadaan – keadaan tertentu yang harus diperhatikan antara lain : harga barang-barang yg dibeli, harga-harga dan adanya persaingan. Harapan akan terjadinya perubahan harga dimasa dating, pendapatan konsumsi, selera konsumen, iklan dll.

V. 2. Fungsi Permintaan Pasar
Hubungan antara jumlah barang yg diminta dengan semua factor yg mempengaruhi permintaan tersebut (harga barang yg kita beli, advertensi, kualitas barang, disain barang, serta saluran distribusi, barang, tingkat pendapatan konsumen, selera konsumen, harapan tentang perubahan harga dimasa depan, harga barang substitusi, dan komplementer dll) disebut “Fungsi Permintaan”.

QD = f (P, Psc, y, T, E, Pop, A, Qu, D, FD)
Ket : P = Price of Goods
Psc = Price of substitution
Y = Income
T = Taste
E = Expectation in the future Price
Pop = Population
A = Advertisement
Qu = Quality
D = Design
FD = Flow of good distribution

Contoh :
Diket : Fungsi permintaan akan Mobil
QD = -3P + 1,5y + 0,05 Pop + 1500 c + 0,05 I
Artinya : Permintaan akan Mobil akan turun sebanyak 3 unit untuk setiap kenaikan harga mobil sebesar Rp. 1 Juta, kenaikan 1,5 unit untuk setiap kenaikan jumlah penduduk sebanyak 1 orang, kenaikan 1500 unit untuk setiap kenaikan ketersedian kredit sebesar 1 unit dan kenaikan 0,05 unit untuk setiap kenaikan biaya iklan sebesar Rp. 1 juta. Keputusan Manajer berdasarkan data diatas adalah bahwa kenaikan permintaan akan mobil sangat ditentukan oleh ketersediaan kredit mobil.

V. 3. Kurva permintaan
- Kurva permintaan merupakan bagian dari fungsi permintaan yg menunjukan hubungan antara harga produk dengan jumlah produk yang diminta ((Cateris Paribus).
- Kurva permintaan akan suatu gambar grafik dimana dalam gambar tersebut juga dinyatakan yg kita beli semua variable independent (kecuali harga barang yg kita beli, semua variable tersenut dianggap constant pada contoh tersebut). Pada contoh tersebut, diasumsikan bahwa y, Pop, C, I, dianggap knstan sgar kita dapat melihat hubungan antara harga barang g kita beli dengan jumlah barang yg kita beli, QD = 35.504.500 – 3P (fungsi permintaan akan mobil)


P (harga mobil)



Demand curve for car

QD (jumlah mobil yg diminta)

V.4. Hubungan Antara Permintaan Akan Barang Dengan Keputusan Manajerial
Perusahaan harus mempunyai informasi yang akurat dan layak tentang fungsi permintaan suatu barang agar dapat membuat keputusan operasional yang efektif baik untuk jangka pendek atau jangka panjang. Misalnya : suatu perusahaan harus mengetahui pengaruh harga-harga terhadap permintaan akan produknya agar dapat menentukan / mengubah kebijakan harganya.

V. 5. ELASTISITAS
Elastisitas permintaan adalah derajat kepekaan jumlah barang yang diminta terhadap perubahan salah satu factor yang mempengaruhinya, misalnya : harga/pendapat konsumen . Konsep elastisitas sangat penting untuk diketahui karena dengan elastisitas kita dapat menentukan bernagai macam bentuk kurva permintaan suatu barang
• Macam-macam elastisitas dilihat dari jumlah barang yang diminta ada 3 macam yaitu :
1. Elastisitas Harga
2. Elastisitas silang dan
3. Elastisitas pendapat
Keterangan :
Elastisitas Harga (Price elastisitas)
- E. Titik (Point) EP = ∆Q . P ∆Q = Turunan Q terhadap P
∆P Q ∆P
- E. Busur (Arc) EP = (Q2 – Q1)
(Q2 - + Q1):2
(P2 – P1)
(P2 + P1) : 2
Contoh 1 : (Elastisitas Harga)
Dik : Fungsi permintaan akan mobil
Qd = -3p + 1,5y + 0,05 pop + 1500 cc + 0,05I
Dit : Hitunglah besar elastisitas titik iklan pada QD = 8.504.500 unit dan pada biaya iklan untuk mobil = Rp. 100 juta

Jawab :
EPs = ∆Q . P
∆P Q
= ∆Q . I
∆I ∆D
= 0,05 . 100.000.000
8.504.500
= 0,58

Artinya 1% perubahan biaya iklan akan menyebabkan perubahan jumlah mobil yang diminta sebesar 0,58 %
Keputusan Manajer : untuk meningkatkan permintaan akan mobil maka anggaran iklan harus dinaikan.
Contoh 2
Diket : P1 = Rp. 100.000.000 Q1 = 8.504.000 unit
P2 = Rp. 50.000.000 Q2 = 10.000.000 unit
Pertanyaan
a. Hitung elastisitas harga mobil dengan menggunakan metode ARC Elasticity
b. Keputusan Manajer
Jawaban
(10.000.000 – 8.504.000)
10.000.000 + 8.504.000
a. Ep =
(50.000.000 – 100.000.000)
50.000.000 + 100.000.000
= 0,1617,0
0,6667
b. Keputusan Manajer adalah Ep = -0,2425, artinya bila ingin permintaan mobil naik, maka harga mobil harus diturunkan (penurunan mobil sebesar 1% akan menaikan permintaan tsb sebesar 0,24%

V. 6. Hubungan antara Elastisitas harga dengan AR3, MR, TR
a. TR naik apabila P turun pada kisaran yg Elastis (MR > 0)
b. TR Maximum pada Elastis Uniter (MR = 0)
c. TR turun apabila P turun pada kisaran yg in elastis (MR<0) Tabel Hubungan antara elastisitas harga dengan penerimaan V. 7. Faktor yg menetukan Elastisitas Harga a. Seberapa jauh barang-barang dikatakan sebagai barang-barang kebutuhan pokok (air minum, Garam dll) b. Ketersediaan barang-barang substitusi c. Proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk barang-barang tertentu d. Jangka waktu analisis permintaan V. 8. Kegunaan Elastisitas Harga a. Bagi Perusahaan, untuk menyusun strategi penjualannya. b. Bagi pemerintah, untuk membuat kebijakan ekonomi tertentu, misalnya kebijakan Import. c. Bagi kita, untuk meramalkan perubahan yang akan terjadi dipasar. V. 9. Elastisitas Sialng (Cross Elasticity) Adalah proporsi perubahan jumlah barang tertentu (missal barang X) yang diminta akibat perubahan harga barang tertentu yang lain (missal Y) EXY = ∆QX . PY ∆ PY QX + -------- Subtitution Goods EXY - --------- Complementary Goods V. 10 Elastisitas Pendapatan (Income Elastisitas) Adalah Proporsi Perubahan jumlah barang yg diminta akibat perubahan pendapatan riil konsumen. Ei = ∆QX . I ∆I QX + -------- “Nominal Goods” - -------- “Interior Goods” Ei >1 -------- “Luxury Goods/Superior Goods”
- -------- “Basic Needs / Goods”

Latihan Soal :
1. Tabel dibawah ini menunjukan hubungan antara harga (P), jumlah barang yg diminta konsumen (Q), dan penghasilan konsumen (I) pada bulan Oktober, November dan Desember 2003 untuk barang X dan barang Y di Propinsi Jakarta.




Diminta :
a. Hitung Elastisitas harga barang X untuk bulan November
b. Hitung Elastisitas silang antara barang X dan barang Y untuk bulan November
c. Hitung Elastisitas pendpatan untuk barang Y pada bulan Desember (jelaskan apa artinya bagi abc).
2. Dikatakan funsi kepuasan total konsumen U = 20 + 2X + 2XY + 4Y
Dimana pendapatan konsumen = 80
Harga barang X mula-mula = 10, lalu turun menjadi 8
Harga barang Y = 8 (Konstan)

Pertanyaan :
a. Hitunglah elastisitas harga barang X
b. Hitunglah elastisitas silang antara barang X dan barang Y
c. Jelaskan hubungan antara barang X dan barang Y
d. Untuk pertanyaan a, b, apa artinya koefisien elastisitas tersebut bagi manajer

Jawab :
1. a) EP = ∆Qx . Px
∆ Px Qx
= 480 – 600 . 220
220 – 200 480
= -120 . 220
20 480
= -6 . 0, 4583
= -2,749  -2,75

Artinya : 1 % perubahan harga menimbulkan perubahan jumlah barang yang diminta sebesar 2,75 %

b) EXY = ∆QX . PY
∆ PY QX

= 480-600 . 150
150-150 480
= 120 . 150
0 480
= 0 . 0,3125
= ( …..∫… )

Artinya : perubahan barang X dan barang Y tidak ada hubungan atau tidak bias dijelaskan

c) Ei = ∆QX . I
∆ I QY
= -10 . 66.000
6000 210
= -0,52

2 a) EP = ∆Qx . Px2
∆ Px Qx2
= 4,67 – 3,6 . 8
8 - 10 4,67
= 0, 936

b) EXY = ∆QX . PY
∆ PY QX
= 4,7 – 3,6 PY
Tidak ada QX = Tidak bias ditentukan

c) Karean EXY tidak dapat ditentukan, maka hubungan antara barang X dan barang Y juga tidak dapat ditentukan











BAB VI
TEORI PRODUKSI

VI. 1. Keputusan Produsen
Keputusan penting yg perlu dipertimbangkan oleh setiap produsen dalam produksi adalah :
a. Berapa jumlah input yg harus digunakan
b. Berapa banyaknya output yg harus dihasilkan
c. Berapa harga output yg harus dijual

VI. 2. Fungsi Produksi
Suatu persamaan sistematis yang menunjukan hubungan fungsional antara jumlah keluarana/output maksimum yg dapat dihasilkan dalam suatu proses produksi tertentu dan satu set masukan/input yg digunakan oleh produsen pada tingkat tingkat teknologi tertentu pula.

VI. 3. Macam – macam Input
Faktor Produksi atau dikelompokan menjadi 2 macam yaitu :
a. Input Tetap (Fixed Input)
Adalah Input yg tidak dapat diubah jumlahnya secara cepat dalam periode waktu yg relative singkat.

b. Input Variable
Adalah input yg dapat diubah jumlahnya secara cepat dalam periode waktu yang relative singkat.

VI. 4. Hukum kenaikan Hasil yg Semakin Menurun
Dalam Proses produksi jangka pendek penambahan input variable secara terus menerus akan mengakibatkan output total bertambah dengan tingkat tambahan yg semakin kecil dan pada waktu penggunaan input variable tersebut telah mencapai tingkat yang maksimal. Maka tambahan input variable tidak lagi akan menambah output total, bahkan selebihnya dari penggunaan input tersebut justru akan mengurangi output total. Pola hubungan input output yang demikian ini mencerminkan dari hokum tambahan hasil yg semakin menurun (the Law of Diminishing Returns) atau (The Law Diminishing Marginal Physical Produc).

VI. 5. Tahap-tahap (Stages Produksi)
Dalam Proses Produksi dapat di bagi menjadi 3 rangkaian tahapan produksi yaitu :
a. Tahap satu : ditandai dengan meningkatnya produksi total secara cepat.
b. Tahap dua : Ditandai dengan meningkatnya produksi total secara pelan –pelan.
c. Tahap tiga : Ditandai dengan menurunya produksi total




AP,MP,TP

I II III


APL

MPL


VI. 6. Produksi Rata-rata
Produksi Rata-rata dari suatu factor produksi variable tertentu adalah rasio antara produksi total dengan input variable yg digunakan dalam proses produksi atau APL = TP
L
Sedang produksi marginal adalah rasio antara perunbahan produksi total dengan perubahan input variable atau MPL = ∆TP
∆L
VI. 7. Isoquant Line
Dalam proses produksi yang menggunakan dua input variable alat analisis yg digunakan untuk melihat hubungan fungsional antara output dan input yaitu : Isoquant Line. Jadi Isoquant Line adalah suatu garis yg menunjukan berbagai kemungkinan kombinasi dua factor variable yg menghasikan jumlah output yg sama besarnya.

Adapun cirri-ciri Isoquant Line adalah :
a. Cembung kearah ttik asal
b. Tidak saling berpotongan antara yg satu dengan yg lain
c. Makin keatas atau jauh dari titik asal menunjukan jumlah output yg semakin besar




K





A
B
C Isoquant Line

0
L


Kurva Isoquant tidak dapat digunakan untuk menetukan kombinasi penggunan input-input untuk menghasilkan auatu tingkat output tertentu dengan ongkos total yg minimum.

VI. 8. Lost Cost Combination (LCC)
LCC dari penggunaan input 1 dan 2 dan sebagainya dapat dicapai apabila perbandingan antara produksi marginal dari masing-masing input dengan harga masing-masing input sama besar atau secara sistematis dapat ditulis sbb:
MPPx1 = MPPx2 = MPP xn
Px1 Px2 Pxn
Produsen yg berproduksi pada LCC belum tentu berproduksi pada tingkat optimum atau mendapatkan keuntungan yg maksimum. Pada keadaan LCC produsen hanya dapat mencapai biaya yg minimum saja, untuk mencapai keadaan yg optimum apabila tingkat output dipilih sedemikian rupa sehingga MPP untuk semua input = 1
P.PQ
Dimana Pq = harga output. Secara matematis dapat ditulis sbb:
MPPx1 = MPPx2 = MPP xn = 1 (Dalil keuntungan maksimum)
Px1 Px2 Pxn Pq

VI. 9. Isocost Line
Kemampuan Produsen dalam membeli factor-faktor produksi yg digunakan dalam proses produksi dibatasi oleh dana yg tersedia. Kemampuan produsen ini biasanya ditunjukan oleh suatu garis yg disebut Isocost Line. Jadi Isocost Line adalah suatu garis yg menunjukan berbagai kombinasi factor-faktor produksi yg dapat dibeli oleh produsen pada tingkat dana tertenut dan harga factor-faktor produksi tertentu pula.

VI. 10. Optimisasi Input
Kombiansi factor-faktor produksi yg optimum dalam arti kombinasi yg menghasilkan output maksimum dengan dana tertentu atau kombinasi yg memerlukan pengeluaran terkecil untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, terjadi ketika Isoquant line tepat bersinggung dengan Isoocost Line.






A E = Titik Optimisasi Input


E

Isoquant
0 Isocost
B



VI. 11. Jalur Perluasan Produksi
Dari berbagai titik kombinasi factor produksi yg optimum yg terjadi pada berbagai kemungkinan tingkat dana yg tersedia kalau dihubungkan antara satu dengan yg lain akan diperoleh garis perluasan produksi bagi perusahaan atau expansion path. Titik-titik kombinasi yg terdapat pada sepamjamg garis ini akan dipilih produsen apabila ia memperluas usahanya.






D
Exspansion Path
C

B
E
A

0 Q (output)
A B C D

A,B,C,D,E,F,G,H = Isocost
P,Q,R,S, = Titik-titik kombinasi optimum

VII.12. Fungsi Produksi Cobb Douglas & Aspek-aspek Produksi
Dalam fungsi Produksi yg menggunakan 2 input variable ada suatu bentuk produksi yg sangat unik yaitu fungsi produksi Cobb Douglas. Fungsi Produksi ini homogen dan dapat bersifat menurun, tetap/naik.

F.P Cobb Douglas (Q=ALB KC)
Dimana ; Q = Jumlah output yg dihasilkan
L dan K = Tenaga Kerja dan modal
A,B,C = Suatu Konstanta

Dari fungsi ini dapat diturunkan beberapa aspek produksi sbb :

1. Produksi Marginal
a. MPL = ∆TP
∆L
b. MPK = ∆TP
∆K

1. Tingkat batas penggantian secara teknis antara factor produksi tenaga kerja terhadap modal atau MRTS of L for K = MPL
MPK
3. Intensitas penggunaan factor-faktor produksi
a. Semakin besar nilai b “maka disebut labour intensif”
c
b. Semakin kecil nila b maka disebut “Capital Intensive”
c

4. Derajat Perubahan output
a. Bila Nilai b + c = 1 ------ Constant Returns to Scale
b. Bila Nilai b + c < 1 ------ Decreasing Return to Scale c. Bila Nilai b + c > 1 ------ Increasing Return to Scale


















BAB VII
TEORI PRODUKSI BIAYA


Teori produksi yang mencangkup prinsip-prinsip pengkombinasian penggunaan input yang optimal untuk menghasilkan tingkat output yang maksimal sehingga tercapai laba yang maksimal.fungsi produksi ini menghubungkan input dengan output dalam menentukan tingkat suatu produksi oleh teknologi yang digunakan untuk proses produksi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan.
Sifat dasar fungsi produksi ini bisa diketahui melalui analisis fungsi produksi sederhana dengan system 2input-1output. Perhatikan proses produksi dibawah ini menunjukan berbagai kombinasi input X dan Y yang digunakan untuk memproduksi produk Q.input X dan Y tersebut bisa melambangkan sumberdaya-sumberdaya seperti tenaga kerja dan modal atau energi, bahan baku.
Fungsi produksi dari system produksi di atas bisa disajikan dalam bentuk dalam berikut ini:
Q = f(X,Y)
Tabel 7.1
Tabel Produksi
Jumlah Y yang digunakan Jumlah Output
10 52 71 87 101 113 122 127 129 130 131
9 56 74 89 102 111 120 125 127 128 129
8 59 75 91 99 108 117 122 124 125 126
7 61 77 87 96 104 112 117 120 121 122
6 62 72 82 91 99 107 111 114 116 117
5 55 66 75 84 92 99 104 107 109 110
4 47 58 68 77 85 91 97 100 102 103
3 35 49 59 68 76 83 89 91 90 89
2 15 31 48 59 68 72 73 72 70 67
1 5 12 35 48 56 55 53 50 46 40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah x yang digunakan

Table 7.1 menyajikan system produksi 2input-1output diatas. Setiap elemen pada table tersebut menunjukan kuantitas Q maksimum yang bisa dihasilkan dengan kombinasi X dan Y tertentu. Misalnya, table tersebut menunjukan bahwa kombinasi antara 2 unit X dan 3 unit Y bisa menghasilkan 49 unit output; 5 unit X dan 5 unit Y bisa menghasilkan 92 unit output; 4 unit X dan 10 unit Y menghasikan 101 unit Q, dan seterusnya.unit input ini bisa melambangkan jam kerja (tenaga kerja), rupiah (modal), ton (bahan baku) dan seterusnya sama juga halnya, unit Q bisa merupakan jumlah TV, kotak makanan bayi, kaleng susu, jumlah pasien per-hari, jumlah transaksi di Bank dan seterusnya.
Hubungkan penting yang kedua adalah hubungan antara output dengan variasi dari input yang digunakan.istilah produktivitas dan penerimaan suatu faktor produksi digunakan untuk menandai hubungan antara kuantitas suatu input yang digunakan secara individual dengan output yang dihasilkan. produktivitas factor produksi ini merupakan factor kunci dalam penentuan kombinasi input yang optimal atau input yang seharusnya digunakan untuk memproduksi suatu produk Jadi, produktivitas faktor produksi ini merupakan dasar dalam penggunaan sumberdaya yang efesien dalam suatu system produksi. Oleh karena pemahaman tentang produktivitas dalam konsep returns to scale secara lebih mendalam,

A. THE LAW OF DIMINISHING RETURNS

Sifat yang kita kenal dengan istilah hukum kenaikan hasil yang kurang (the law of dinimishingreturns).bahwa jika jumlah penggunaan factor-faktor produksi lainnya tidak berubah maka pada mulanya kenaikan penggunaan input tersebut akan menyebabkan kenaikan output, tetapi kemudian mulai menurun (berkurang). hukum ini merupakan generalisasi dari suatu hubungan empiris yang telah diamati dengan seksama dalam setiap system produksi, dalam suatu proses produksi di mana jumlah modal yang digunakan adalah tepat.
Kosep tahapan produksi yang tidak rasional ini, bisa diamati lebih mendalam dengan menggunakan analisis isokuan yang secara ekplisit menyadari potensi variabilitas kedua faktor produksi (modal dan tenaga kerja) tersebut dalam suatu system produksi 2 input-1output. Teknik ini dibahas pada bagian berikut di mana teknik ini digunakan untuk menelah peranan dari subtitubilitas input yang optimal.
Isokuan tersebut merupakan perubahan input Y (kain) dibagi dengan perubahan input X (tenaga kerja). Hubungan ini dikenal sebagai marginal rate of technical substitution (MRTS) dan diminishing returns dari input-input. Fungsi produksi tersebut juga digunakan untuk menunjukkan bahwa hanya dengan kombinasi-kombinasi input di mana MP dari semua input adalah positif, yang diperlukan dalam penentuan proposi input yang maksimal.
Dengan menambahkan harga-harga dalam analisis tersebut, memungkikan kita untuk menetapkan syarat-syarat optimalitas kombinasi input. Kombinasi input yang meminimumkan biaya (leas-cost combination) mensyaratkan proposi input dimana setiap input bisa menambah output total sama banyaknya dengan setiap rupiah yang dibelanjakan untuk input-input lainnya. Secara aljabar hubungan tersebut bisa ditunjukkan dengan cara berikut :

MPx = MPy
Px Py

Juga ditunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya-sumberdaya sampai pada suatu titik di mana MPR = P tidak menghasilkan least-cost combination tetapi juga menghasikan laba maksimum. Secara aljabar hubungan ini bisa dituliskan :

MRPx = Px

MRPy = Py

Masalah returns to scale juga telah ditelaah dan beberapa metode pengukuran returns to scale tersebut juga digambarkan. Dalam produksi, returns to scale memainkan peranan utama dalam penentuan struktur pasar.

B. FUNGSI PRODUKSI EMPIRI
Secara teoris bentuk fungsi produksi yang paling menarik mungkin fungsi pangkat tiga (kubik), seperti ditunjukan oleh persamaan berikut ini :

Q = a + bXY + cX2Y + dXY2 - eX2Y - fXY3

Estimasi fungsi produksi secara empirirs seringkali menggunakan metode statistic yaitu analisis regresi. Walaupun pertimbangan secara teoritis menunjukkan bahwa persamaan kubik (pangkat tiga) bisa dipilih untuk tujuan-tujuan penaksiran, tetapi telah ditunjukkan pula bahwa bentuk-bentuk fungsi yang lebih sederhana seringkali cukup memadai dalam penaksiran hubungan permintaan pada kisaran data yang tersedia.
Kenyataannya banyak bentuk-bentuk fungsi pangkat atau fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan bentuk fungsiyang paling sering dalam pekerjaan empiris lainnya yang dapat digunakan dalam kajian produksi secara empiris,seperti halnya dalam penaksiran factor penentuan utama bentuk fungsi yang akan digunakan dalam model empiris tergantung pada hubungan yang dihipotensakan oleh si peneliti. Namun demikian, pemilihan bentuk fungsi berdasarkan hal tersebut sangat sulit dan dalam banyak kasus, beberapa spesifikasi model alternative harus disesuaikan denagan data untuk menetukan bentuk yang mana yang paling sesuai dengan keadaan actual.

Setelah kita memahami masalah-masalah produksi tersebut di atas, baik secara teoritis maupun empiris baru kita dapat menganalisis masalah biaya. hubungan-hubungan biaya memainkan peran kunci dalam hampir semua keputusan manajerial, dalam bab ini diperkenalkan konsep-kosep biaya yang menunjukkan hubungan antara fungsi biaya dengan fungsi produksi dan menelaah beberapa hubungan jangka pendek dan jangka panjang.
Walaupun konsep biaya releven berbeda-besa untuk suatu keadaan dengan keadaan lainnya, tetapi ada beberapa hubungan yang umum ditemui dalam analisis biaya tersebut. Pertama, biaya relevan biasanya didasarkan pada konsep penggunaan alternative : biaya relevan suatu sumberdaya ditentukan oleh nilainya dalam penggunaan alternative yang baik. Kedua, biya relevan dari sebuah keputusan hanya mencangkup biaya-biaya yang dipengaruhi oleh tindakan yang sedang dilakukan. Inilah yang disebut konsep biaya incremental jika satu biaya tertentu tidak berubah dengan adanya suatu tindakan, maka biaya inkkremental yang relevan adalah sama dengan nol. Akhirnya, kita harus berhati-hati dalam menentukan macam-macam biaya, apakah biaya ekplisit maupun biaya implicit yang dipengaruhi oleh suatu keputusan yang dimasukan dalam analisis.
Penggunaan konsep biaya relevan membutuhkan suatu informasi tentang hubungan biaya/output dari sebuah perusahaan atau fungsi biayanya. Fungsi biaya tersebut ditentukan oleh fungsi produksi dan fungsi penawaran input yang digunakan perusahaan tersebut, di mana fungsi produksi menunjukan hubungan teknis antara input dan output dan harga-harga input mengubah hubungan fisik tersebut menjadi fungsi biaya/output.
Dua fungsi biaya yang utama yang digunakan dalam pembuatan keputusan-keputusan manajerial adalah fungsi biaya jangka pendek yang digunakan dalam keputusan-keputusan sehari-hari dan fungsi biaya jangka panjang yang digunakan untuk tujuan-tujuan perencanaan. Jangka pendek adalah periode waktu di mana beberapa sarana produksi sebuah perusahaan tidak bisa diubah, dan jangka panjang adalah periode waktu yang cukup panjang yang memungkinkan perusahaan untuk mengubah sistem produksinya secara penuh melalui penambahan, pengurangan atau penggantian asset-assetnya.
Dalam jangka pendek, bentuk kurva biaya sebuah perusahaan terutama sekali akan ditentukan oleh produktivitas input variabelnya. Pada suatu kisaran output di mana produktivitas marginal input variable itu meningkat, maka proporsi kenaikan biaya lebih kecil dari proporsi kenaikan output, sehingga biaya per unit akan menurun. Jika penerimaan hasil yang menurun (diminishing returns) dari input variable terjadi, maka biaya akan naik lebih cepat daripada output dan biaya per unit akan meningkat.
Hubungan yang serupa terjadi juga dalam kurva biaya jangka panjang. Di sini semua input adalah variable dan bentuk kurva biaya ditentukan oleh adanya economies of scale atau diseconomies of scale. Jika terjadi economies of scale, maka elastisitas biaya terhadap output akan lebih kecil dari satu dan biaya per unit akan turun jika output naik. Jika terjadi diseconomies of scale, maka elastisitas biaya terhadap output akan lebih besar dari satu dan kurva biaya rata-rata (AC) akan menaik.
Fungsi biaya bisa ditentukan baik pada tingkat pabrik dan perusahaan yang dimiliki beberapa pabrik, maupun pada tingkat perusahaan. Seringkali karena pengoperasian beberapa pabrik lebih ekonomis, maka fungsi biaya dari perusahaan yang memiliki beberapa pabrik lebih rendah dari penjumlahan fungsi-fungsi biaya dari pabrik-pabrik secara individual. Keadaan yang ekonomis tersebut biasanya timbul mungkin karena adanya pemusatan sarana komputer, urursan-urusan keuangan, pembelian, pemasaran dan lain-lain.
Walaupun sebuah perusahaan ingin untuk memproduksi outputnya pada tingkat biaya seminimum mungkin, tetapi adanya ketidakpastian seringkali menimbilkan trade-off antara biaya yang lebih rendah dan fleksibilitas produksi. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan tersebut harus menelaah distribusi probabilitas permintaan dan perbedaan biaya relatif dari teknik-teknik produksi alternatif, kemudian menentukan suatu sistem produksi yang optimal yang memaksimumkan nilai dari perusahaan.
Analisis pulang-pokok merupakan suatu alat yang penting untuk menganalisis hubungan antara biaya tetap (FC), biaya variable (VC), penerimaan dan laba. Penggunaan mencakup antara lain analisis pertambahan laba yang digunakan dalam konsep kontribusi laba.





































BAB VIII
STRUKTUR PASAR

Pasar dalam ekonomi berarti konteks pertemuan antara penjual dan pembeli barang dan jasa. Perilaku penjual dan pembeli pasar dipengaruhi oleh struktur pasar yang dihadpi penjual dan pembeli. Dimensi struktur pasar yang mempengaruhi perilaki penjual dan pembeli adalah:
1. Jumlah dan luas distribusi penjual di pasar
2. Jenis produk apakah homogen atau heterogen
3. Kemampuan penjual untuk mempengaruhi pasar
4. Pengetahuan penjual dan pembeli akan pasar yang di hadapinya
5. Mudah tidaknya perusahan baru untuk masuk pasar
Adanya dimensi pasar tersebut mengakibatkan terdapat tipa-tipe pasar yang tertentu yaitu :
a. Pasar Persaingan Sempurna
b. Pasr Monopoli
c. Pasar Persaingan Monopolistik
d. Pasar Oligopoli

A. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
Pasar akan suatu produk dikatakan persaingan sempurna apabila jumlah penjual akan produk yang sama ada banyak, barang yang diperjualbelikan homogen, seorang penjual secara individual tidak dapa mempengaruhi pasar. Oleh karena itu penjual hanya bertindak sebagai Price taker.
Dalam ekonomi tradisional didiskusikan penentuan harga dalam jangka waktu yang berbeda:
1. Jangka sangat pendek
Dalam jangka waktu sangat pendek produsen tidak dapat mengubah jumlah output yang ditawarkan di pasar. Oleh karena itu harga output dipengaruhi oleh besar kecilnya permintaan akan barang tersebut.
Total Revenue adalah penerimaan total yang diperoleh pengusaha karena telah menjual output.
TR = P.Q
TR : Total Revenue
P : Harga perunit
Q : Jumlah ouput yang dijual

Marginal revenue adalah tambahan penerimaan yang didapat karena bertambahnya barang yang dijual dengan 1 unit.
♦TR
MR = ------
♦Q
TR : Total Revenue
P : Harga perunit
Q : Jumlah ouput yang dijual

2. Jangka pendek
Suatu perusahaan yang beroperasi biasanya bertujuan memaksimumkan keuntungan. Perusahaan yang bertujuan memaksimasi laba sebaiknya berproduksi pada tingkat output dmn marginal Revenue = Marginal Cost.
Laba maksimum akan diperoleh produsen apabila :
1. MR = MC
2. Kurva MC mempunyai slope positif adalah Kurcva penawaran jangka pendek untuk perusahaan dalam persaingan sempurna.
3. Kurva penawaran perusahaan dalam jangka pendek adalah kurva Marginal Cost diatas Shut Down Point.

3. Jangka panjang
Dalam jangka panjang perusahaan dimungkinkan masuk keluar apsar. Jika masih ada laba ekonomi maka perusahaan baru akan masuk pasar, sebaliknya jika ada kerugian akan ada perusahaan yang keluar pasar dalam jangka panjang.
1. Kondisi keseimbangan jangka panjang tercapai pada saat :
♦ Harga (P) = Ongkos Marginal jangka Panjang (LMC)
♦ Harga (P) = Ongkos Rata – rata jangka panjang (LATC)
2. Kurva Penawaran Jangka Panjang untuk pasar output adalah berbentuk garis horizontal apabila onkos rata – rata untuk memproduksi barang tersebut konstan dalam jangka panjang.
3. Kurva penawaran jangka panjang industri dengan biaya meningkat adalah belereng positif.
4. Kurva penawaran jangka panjang industri dengan biaya menurun adalah belereng negtif.

B. PASAR MONOPOLI
Pasar suatu barang dikatakan monopoli apabila hanya ada satu penjual dipasar, oleh karena itu perusahaan dapat mempengaruhi harga di pasar.
Sebab – sebab monopoli :
Suatu perusahaan dapat berada pada posisi monopoli untuk suatu produk apabila perusahaan lain menganggap industri tertentu tidak menentukan untuk dimasuki atau jika mereka melihat tidak ada kemungkinan masuk pasar.
Hambatan – hambatan monopoli :
● Hambatan teknis masuk pasar terjadi karena MC dan AC produk sudah menurun sehingga hanya perusahaan yang berskala besar yang efisien serta mahalnya biaya pengangkutan.
● Hambatan hokum pasar disebabkan karena pemberian hak paten dan hak penjualan tunggal pada suatu peusahaan.

Memaksimisasi Laba
Jika perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang maksimum maka akan memproduksi output pada tingkat dimana penerimaan marginal (MR) = Biaya Marginal (MC), dan kurva penawarannya tidak dapat dirumuskan dengan baik.
Seorang monopoli dapat melakukan diskriminasi harga apabila pasar yang dihadapi oleh monopoli secara efektif dapat dibedakan dengan adanya diskriminasi harga keuntungan yang diperoleh monopoli akan meningkat.
Keberadaan monopoli secara umum kurang disukai pemerintah karena adanya laba ekonomi yanga pada umumnya diterima oleh monopolis dan adanya distorsi alokasi sumberdaya karena pada umumnya monopolis akan menghasilkan output lebih rendah daripada perusahaaan yang bergerak dipasar persaingan sempurna.
Surplus konsumen adalah selisih antara seberapa besar konsumen sebenarnya mau membayar untuk suatu barang tertentu dengan harga yang benar-benar dibayar oleh konsumen untuk barang tersebut.

C. PASAR OLIGOPOLI
Suatu pasar dikatakn oligopoli apabila ada dua atau beberapa penjual produk yang sama dipasar dimana pangsa pasar dari perusahaan tersebut dipasar cukup besar.
Macam-macam oligopoli:
a. oligopoli diferensiasi produk adalah produk yang dijual oleh perusahaan yang satu dengan lainnya dapat dibedakan.
b. Oligopoli tanpa diferensiasi produk adalah produk yang dijual hanya satu (homogen) sehingga konsumen akan indeferen antara barang yang satu dengan lainnya.
Jika ada 2 perusahaan yang menghasilkan produk yang sama maka dikatakan pasarnya adalah duopoli.
Duopoli adalah Bentuk yang paling sederhana pada pasar oligopoli.

PASAR INPUT
Permintaan untuk input dipasar input adalah merupakan Derived Demand, yaitu permintaan input tergantung secara tidak langsung pada permintaan output.
Teori Produktivitas marginal Permintaan Input

Prinsip Optimisasi :
Perusahaan yang memeksimalkan laba akan menyewa unit input tertentu sampai titik dimana tambahan penerimaan dari penyewaan tambahan 1 unit input tersebut tepat sama dengan biaya menyewa.

Marginal Value Product
MVP input adalah nilai pasar output tambahan yang dihasilkan dengan menyewa tambahan 1 unit input tertentu, yaitu merupakan Marginal Product Input tersebut (MP) dikalikan harga pasar output (P). Secara sistematis, untuk 2 input capital dan tenaga kerja: MVPk = P.MP k
MVP1 = P.MP1
Pada pasar persaingan sempurna baik untuk input maupun output, prinsip profit-maximizing input dapat dinyatakan secara lebih tepat sebagai : Keuntungan perusahaan yang menghadapi pasar input dan input persaingan sempurna akan mendapatkan keuntungan maksimum apabila pengeluaran untuk memmbeli tambahan 1 unit input tersebut sama dengan MVP dari input tersebut.

Penurunan harga suatu input akan mengakibatkan permintaan akan input tersebut naik karena :
1. perusahaan akan mengsubstitusi input yang lebih murah untuk input lain yang sekarang relative lebih mahal,ini adalah efek subsitusi.
2. Penurunan harga akan mengurangi marginal cost perusahaan, yang mengakibatkan naiknya output dan penyewaan semua input, ini adalah efek output.

Pasar Input Persaingan Sempurna Dan Pasar Output Persaingan Tidak Sempurna
Marginal Revenue Product (MR) :
Tambahan Penerimaan yang dihasilkan karena menyewa 1 unit lebih banyak input disebut MRP. Nilai ini ditentukan oleh marginal Revenue perusahaan yang diperoleh dari output. Untuk kasus tenaga kerja :
MRPL = MR.MP L

Prinsip Optimisasi:
Perusahaan yang menyewa input dipasar persaingan sempurna tetapi menjual outputnya dipasar persaingan tidak sempurna dapat memaksimalkan labanya dengan menyewa tambahan input sampai titik dimana MRP input sama denga tingkat sewa pasar input tersebut. Untuk kasus tenaga kerja, perusahaan sebaiknya menyewa tenaga kerja sampai titik dimana :
MRP L = MR.MP L = W







BAB IX.
PENETAPAN HARGA DALAM PRAKTIK

Dalam bab terdahulu teori penentuan harga (princing theory) dibahas dalam keadaan yang pasti. Perusahaan dianggap mengetahui bentuk dan kurva biaya dan permintaannya..
Sayangnya dalam dunia bisnis secara nyata perusahaan tidak tahu secara pasti bentuk dan tempat dari kurva biaya dan penerimanan mereka. Tetapi melaluo penganalisisan data biaya perusahaan tersebut bisa menggunakan taksiran terbalik dari kurva MR dan MC-nya untuk menetapkan harga yang paling sesuai. Dengan tujuan.

Menganalisis princing pada keadaan ketidak pastian

Ada 3 cara untuk menerapkan dalam keadaan ketidak pastian tersebut.

1. penggunaan taksiran kurva permintaan dan MC
Misalkan kita akan menaksirkan kurva permintaan atau telah memperolehsebuah kurva permintaan penaksir, seperti dijelaskan dalam bab 6 oleh karena kurva MR mempunyai titk potongyang sama dan berslope dua kali lebih besar dari slope permintaan(D), maka kita mendapatkan penaksiran MR. seandainya MC konstan pada kisaran output tertentu atau ditunjuk oleh suatu fungsi output linier seperti yang di jelaskan dalam bab 9. maka dengan menetapkan MR = MC kita bisa mendapatkan tingkat kwalitas yang memenuhi persamman tersebut. Kemudian dengan memasukan kembali hasil tersebut kedalam kurva permintaan akan diperoleh tingkat harga yang akan memaksimalkan laba.

2. Pengunaan taksiran elastisitas harga da MC
Jika kita memperoleh nilai taksiran elastisitas harga dari suatu produk disekitar harga tertentu, kita bisa menggunakan rumus elastisitas (є = dQ/p * p/Q) untuk mencari slope kurva permintaan (b = dP/dQ) karena kita sudah bisa mengetahui nilai dari є, P dan Q kemudian kita bisa menghitung nilai dari titik potong a dari kurva perminitaan tersebut (P = a + bQ), karena kita sudah bisa mengetahui nilai P, b, Q. akhirnya kita bisa menemukan MR, harga dan kwalitas yang optimum. Metode ini telah ditunjukan secara lebih rinci dalam bnab 5.

3. penggunaan taksiran biaya dan penerimaan inkremental.
Pendekatan inkremental atau kontribusi merupakan pendekatan marginalis, karena pendekatan tersebut memperhatikan perubahan perubahan baik perubahan TR maupun perubahan TC. Namun demikian tidak seperti pendekatan MR/MC pendekatan inkremental ini tidak mengisaratkan penyesuayan output sebesar setiap unit dalam satu waktu. Oleh karena itu masalah invisibilitas dan diskontinuitas permintaan bisa diselesaikan dengan menggunakan pendekatan inkremental ini. Misalkan keadaan permintaan ini berikut ini terjadi : jika harga turun maka kwalitas yang diminta akan meningkat, jika pada tingkat harga sebesar Rp 4.000,00 per unit kita bisa mengharapkan bisa menjual sebanyak 12.000 unit, maka pada tingkat harga sebesar Rp. 3.975,00 kita bisa mengharapkan akan menjual sebanyak 14.500 unit, sebagai akibnat dari penjualan pada tingkat yang lebih rendah.
Jika permintaan mengandung invisibilitas atau diskontinunitas kita tidak bisa membuat fungsi MR, karena kurva MR tidak kontinyu oleh karena itu tidak bisa didiferensiasikan. Sebagai gantinya, kita harus membandingkan biaya dengan penerimaan inkremental. Pada setiap tingkat harga dan memilih harga yang memungkinkan terjadi kontribusi yang maksimum.

Rule of Thumb Princing
Dalam berbagai pengambilan keputusan bisnis tidak banyak menggunakan model-model pengambil keputusan yang canggih dari para ekonom, cendrung untuk menggunakan cara gampang(rule of thumb) yang sederhana dalam menetapkan atau mengubah tingkat harga produknya.
Cara rule of thumb princing ini dianggap sebagai metode jalan pintas dalam pembuatan keputusan agar menghemat biaya dan waktu pembuat keputusan. Namun demikian dalm hal jumlah laba yang diperoleh perusahaan tersebut cara ini bisa menghasilkan laba yang optimum.
Cara penentuan harga dengan cara rul of thumb paling umum dikenal dengan cara markup princing, dan cara tersebut akan dibahas pada bagian berikut.
Pegertian Markup princing yang juga dikenal sebagai cost plus princing adalah cara penentuan harga melalui penambahan satu persentase tertentu pada biaya langsung (biaya variable reta-rata = AVC) dari suatu produk maka,

P= AVC + X % (AVC)

Dimana X adalah persentase markup yang diinginkan, markup tersebut (dalam Rupiah) merupakan kontribusi per unit terhadap biaya over head laba, dan karena itu penilayan markup tersebut berarti penetuan margin kontribusi(contribution Margin = CM) oleh karena itu persamaan dapat disajikan dalam bentukl

P = AVC + CM

Rekonsiliasi markup dan marginalis princing
Untuk setiap tingkat harga yang ditentukan dengan cara marginali yaitu MC=MR
Telah terkandung markup marginalis di dalamnya, misalnya jika tingkat harga menghasilkan laba maximum adalah Rp 600,00 dan AVC adalah Rp 400,00 markup yang terkandung adalah 50% karena Rp 600.00 adalak 150% dari Rp 400.00. dalam gambar 10.1tampak keadaan tersebut. Pada bagian (a), kita melihat penetuan harga secara marginalis: MC=MR pada tingkat output Q0 dan harga yang memaksimumkan laba adalah P. pada bagian (b) kita , melihat pendekatan merkup tersebut , tanpa bantuan kurva permintaan dan MR. perusahaann tersebut cukup menempatkan markup 50% diatas AVC dan memperoleh tingkat harga yang sama yaitu P.pada tigkat harga P kwantitas yang diminta sebesar Q0, dan perusahaan tersebut meningkatkan harga yang memaksimalkan laba tersebut, walaupun Perusahaan tersebut tidak tahu kurva permintaannya. Perusahaan tersebut hanya mengetahui satu titik pada kurva permintaannya, yaitu titik A, karena konsumen meminta sebanyak Q0 unit pada tingkat harga P.




Gambar 10.1
Marginalis Princing Versus Markup Princing

(a) Marginalis Princing (b) Markup Princing




P A P A

B B

D
MR

0 0
0 0o 0 0o

dalam kasus ini perusahaan yang menerapkan markup princing dalam keadaan ketidak pastian tersebut sangat beruntung karena markup yang memaksimumkan labatelah tergantung dalam pendekatan marginalis. Oleh ke\arena tersebut perusahaan tersebut dapat menetapkan harga yang memaksimalkan labanya tanpa mengeluarkan biaya (Search coast) untuk menaksir bentuk dan kurva permintaannya. Untuk menrekonsiliasikan pendekatan markup dan margin tersebut dalam proses penentuan harga , kita harus memasukan aturan marginalis MR=MC kedalam persaman markup princing (10.1) kita mulai dengan MR yang mulai memasukan elastisitas harga TR adalah sama dengan prodak (P) dikalikan kwantits (Q):
Untuk mendapatkan persamaan diatas dapat diubah menjadi

TR = P * Q

Penerimaan maginal (MR) adalah turunan pertana dari TR pada output. Dengan menggunakan aturan rantai (chain rule) karena P tergan tung pada Q, Maka.

dP (10.3)
MR = P + Q
dQ

Kemudian kita memanipulasi persamaan 10.3 tersebut sehingga memungkinkan suatu pensubtitusian. Pengalian dan pembagian kedua suku kedua dengan P akan menghasilkan:
Q.P dP (10.4)
MR = P + *
P dQ

Dengan mengeluarkan P kita mendapatkan :

Q.P dP (10.5)
MR = P (1 + * )
P dQ

Perhatikan suku kedua dalam kurung merupakan kebalikan dari elastisitas harga. Dengan memasukan elastisitas harga kedalam persamaan (10.5) tersebut kita memperoleh:
1 (10.6)
MR = P ( 1 + )
є

dengan persamaan yang menghubungkan MR,P dan elastisitas ini nkita bisa melakukan rekonsiliasi. Aturan marginalis princing masyarakan MC=MR. dengan menentukan MC sama dengan MR maka kita mempunyai.

1 (10.7)
MC = P ( 1 + )
є

untuk mendapatkan harga. Persamaan 10.7 diatas bisa diubah menjadi:


(10.8)
P = MC є
Є + 1

Dalam bisnis, biaya variable rata-rata (AVC) seringkali konstan pada suatu kisaran output yang relevan. Dalam keadaan seperti itu MC = AVC oleh karena itu bisa mengubah lagi persamaan 10.8 menjadi. .
(10.9)
P = AVC є
Є + 1

Yang bisa juga dituliskan dengan cara berikut:
(10.10)
P = AVC + -1 AVC
Є + 1

Oleh karena itu tingkat markup X dalam persamaan 10.1 dimuka sama dengan minus satu dibagi elastisitas harga ditambah satu.
Kemudian lita subtitusikan kedalam persamaan tersebut 10.10 satu nilai elastisitas tertentu, misalnya = -5 untuk kasus ini maka:

P = AVC +( -5 )AVC
-5 + 1
= AVC +( -1 ) AVC
4
= AVC + 25% (AVC)

Oleh karena itu 25 persen markup pada AVC adalah persentase markup yang memaksimumkan laba jika nilai elastisitasnya = -5












BAB X.
KEPUTUSAN INVESTASI

Pada bab ini dibahas prinsip-prinsip pokok dalam pengambila keputusan investasi, antara lain perhitungan nilai sekarang bersih atau net present value (NPV) dari suatu proyek atau aset. Kita harus memasukan faktor ketidak pastian dan memperhitungkan nilai sekarang yang diharapkan. Dengan memperluas alasan tersebut kita dapat mendefinisikan nilai sekarang dari suatu investasi.

E(NPVj) = E(PVj) – ( Biaya investasi j)
T e(NCFj.f)
= Σ Co
t=0 (1+rj.f)t


oleh karena itu kaidah pengambilan keputusan investasi adalah menerima proyek-proyek investasi yang NVP nya positif dan menolak poroyek-proyek yang nilai NVP nya negatif.

E(NPVj) > 0 terima
E(NPVj) < 0 tolak Implementasi itu kaidah ini bisa dilakukan secara langsung yaitu dengan menggunakan teknik-teknik yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu : 1. Peramalan permintaan intuk memperoleh penerimaan yang diharapkan dari proyek tersebut, E(Rj.t) 2. Peramalan (estimasi)biaya untuk memperoleh estimasi biaya yang diperkirakan pada masa yang akan datang dari proyek tersebut, E(Cj.t) 3. Gabungan penerimaan yang diharapkan tersebut untuk memperoleh aliran kas yang bersih yang diharapkan untuk proyek tersebut. E(NCFj.t) = E(Rj.t) – E(Cj.t) 4. Tentukan nilai diskonto yang tepat, r(Cj.t). 5. diskontokan aliran kas bersih tersebut untuk memperoleh nilai sekarang yang diharapkan dari proyek tersebut. 6. Kurang biaya dari proyek tersebut untuk memperoleh nilai bersih yang diharapkan. Kaidah payback Jangka waktu adalah jangkawaktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mendapatkan kembali investasi mula-mula. Kriteria investasi adalah penerimaan proyek yang memiliki jangka waktu untuk paybacknya lebih cepat dari yang tyelah ditentukan perusahaan secara arbiter. Kaidah return of invesment (ROI) Rata- rata ROI adalah rasio antara aliran kas bersih rata-rata dengan investasi rata-rata. Jika ROI suatu proyek lebih besar dari target penerimaan perusahaan yang ditentukan secara arbiter, proyek investasi tersebut dilaksanakan. Kelemahan dari kedua kaidah tersebut adalah aliran kas bersih yang tidak diskontokan; kaidah ini mengabaikan nilai waktu dari uang. Kaidah payback terlalu memperhitungkan aliran kas yang akan diterima dimuka; sedangkan kaidah ROI terlalu memperhitungkan aliran kas dalam jangka panjang. Kriteria investasi yang lebih besar dapat diterima dari adalah kaidah IRR. Untuk mendapatkan IRR tidaklah semudah menghitungnya karena IRR membutuhklan tingkat diskonto yang yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Secara operasional persamaan tersebut bisa digunakan untuk mendapatkan IRR T NCFt NPV = Σ Co = 0 t=0 (1+IRR)t dari pembahasan tetang p[royek investasi satu periode. Jelas bahwa kriteria investasi yang berhubungan dengan IRR ini adalah menerima proyek jika biaya kapital dari perusahaan tersebut lebih kecil dari IRR dan menolak proyek jika biaya kapital dari perusahaan lebih besar dari IRR. Dengan kata lain, kriteria investasi IRR ialah menerima proyek jika IRR-nya lebih besar dari biaya oportunitas dari biaya kapital tersebut. Sutu profit umum ditunjukan oleh gambar 11.1 sepanjang IRR lebih besar dari tingkat diskonto - biaya oportunitas kapital – NPV dari proyek tersebut adalah adalah positif dan proyek tersebut dijalankan. Namun demikian jika IRR lebih kecil dari diskonto, maka NPV proyek tersebut akannegatif dan proyek tersebut ditolak. Gambar 11.2 Profil umum NPV NPV r < IRR- NPV > 0 IRR r > IRR  NPV < 0 Tingkat
Diskonto(r)


Selama profil E(NPV) merupakan fungsi yang berslope menurun, kaidah IRR dan NPV secara fungsional sama. Tetapi kaidah IRR dapat memberikan rekomdasi yang salah jika proyek-proyek yang dipilaih bersifat mutualiy exlusive. Dan metodologi IRR membutuhkan semua aliran kas bersih didiskontokan pada tingkat yang sama.
Kendala keterbatasan dana untuk proyek investasi dan yang menyebabkan masalah kapital ratoining, pada umumnya , ditentukan sendiri oleh manajemen perusahaan tersebut. Meskipun demikian, hal ini menyebabkan timbulnya masalah optimasi terkendala: solusinya harus memasukan rasio dari mamfaat marginal dengan biaya marginal. Dalam masalah ini indek profitabilitas (PI) adalah rasio antara nilai sekarang dari proyek investasi tersebut dengan biayanya.
Untuk memaksimalkan nilai perusahaan, para managerakan merespon masalahcapital rationing dengan cara mengambil proyek-proyek investasi berdasarkan indek profitabilitas.



***********§§§§***********